Selasa, 23 Desember 2014

TEORI DAN PRAKTEK KOMUNISME

TEORI DAN PRAKTEK KOMUNISME
1. Teori Komunisme
Tentang Teori Komunisme merupakan paduan dari ketiga ajaran yaitu ajaran :
Karl Marx tentang Materialisme Dialektis, Historis Materialisme dan Teori Nilai Lebih, Teori Lenin yang menjadi Komunisme Uni Sovyet, Teori Mao Zedong yang menjadi Komunisme China, Pemikiran Tito yang menjadi komunisme Yugoslavia (Aliran Titoisme) meskipun dianggap sebagai bentuk revisionisme oleh kalangan komunis sovyet dan bentuk komunisme lainya diberbagai negara yang pada dasarnya tetap berpedoman pada ajaran Marx.
a.     Lenin ; Menyumbangkan pemikiran bahwa perjuangan kelas dan revolusi yang dilakukan oleh kaum proletar harus dilakukan melalui dua jalur . Sumbangan Lenin untuk Komunisme dapat ditemukan dalam Pamfletnya ” What is to be Done”  tahun 1902 yang merupakan konsep tentang kaum revolusioner yang profesional.
Pertama para buruh harus membentuk organesasi buruh maupun partai komunis yang beroperasi terbuka sesuai hukum dan melibatkan publik.
Kedua melakukan Infiltrasi atau penyusupan dan membentuk sel-sel dalam lembaga sosial, politk, pendidikan, dan ekonomi ditengah masyarakat. selain itu mengadakan penyusupan didalam tubuh angkatan bersenjata dan kepolisian dan pemerintah. Pendekatan Baru inilah Yang dilakukan oleh Lenin yang membedakanya dengan pandangan Marx , Kepercayaan Marx pada unggulan ekonomi atas politik ditepiskan oleh lenin yang lebih percaya keunggulan politik atas ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya revolusi komunis yang pertama bukanlah di Eropa barat seperti harapan Marx, tetapi terjadi di Rusia ( Eropa Timur) yang nota benenya adalah negara miskin dan terbelakang jika dibandingkan dengan ropa barat.
b.     Mao Zedong Menyumbangkan pemikiran terhadap taktik revolusi dari kaum komunis. Teori tentang perang gerilya menurut Mao adalah termasuk senjata organesasi. Teori Mao dibagi menjadi 2 bagian yaitu prinsip-prinsip militer dan prinsip-prinsip politik tertentu yang ditarik dari salah satu prinsip militer. Pemikiran terpenting Mao yang mewarnai Komunisme di cina adalah konsep tentang :
1.     Peranan Desa lebih penting dari pada kota : hal ini bertentangan dengan pandangan Marx yang menyatakan bahwa kekuatan Revolusioner  yang utama dalam masyarakat kapitalis adalah buruh Industri. Menurut Mao Petani adalah kekuatan utama dalam perjuangan itu harus muncul dari kelompok petani. Intinya Revolusi akan berhasil diwilayah pedesaan sebelum dikota dan di Negara terbelakang sebelum di negara Industri pusat.
2.     Tentara Merah lebih penting dari pada aksi Massa. Mao meyakini bahwa dalam suatu negara unsur terpenting dari kekuasaan politik adalah tentara; siapapun yang ingin merebut dan memiliki kekuasaan politik haruslah memiliki tentara yang kuat. Ini dibuktikan Mao dengan adanya Tentara Merah yang memainkan perananya dalam revolusi sejak tahun 1927 dan menjadi Patner yang kuat dalam pemerintahan Mao.
3.     Semangat Revolusi lebih penting dari pada keahlian tehnis; Menurut Mao Komunis sejati tidak terpisah dari massa rakyat artinya terlibat langsung dalam kehidupan, mendengarkan dan menanggapi kebutuhan- kebutuhanya, serta turut ambil bagian dalam pekerjaan dan kebudayaanya.
4.     Kekuatan Subyektif lebih penting dari pada kekauatan Obyektif; Mao menegaskan bahwa terdapat kemungkinan untuk mencapai perubahan yang revolusioner melalui penerapan sifat, kemauan, dan pikiran yang benar dalam berbagai kondisi historis. Yang dimaksudkan adalah bahwa seruan revolusi tidak hanya pada kelas tertentu tetapi seluruh rakyat yang mencakup kelompok individu dengan asal usul yang beraneka ragam tetapi dipersatukan oleh dukungan mereka terhadap komunisme dan kesetiaanya terhadap pemikiran Mao.
2. Praktek Komunisme
Berbagai negara telah melewati revolusi komunis secara struktural adalah sama karena mengikuti model Uni Sovyet dan China. UniSovyet Cenderung Otoriter dengan suatu sistem ekonomi sosialis dimana pengambilan keputusan ekonomi dilakukan secara terpusat
Dalam sistem Politik Partai komunis menduduki posisi sentral karena dua alasan :
Pertama : Partai Komunis ditetapkan sebagai barisan depan proletar dan dalam setiap Negara yang diperintah oleh Kaum Proletar Partai Komunis harus berkuasa.
Kedua : Dalam Revolusi yang pertama di Rusia Lenin dan Partai Komunis berhasil mengambil alih kekuasaan dan membentuk semua mekanisme pemerintahan.
Fungsi utama setiap sistem politik adalah memadukan atau menyatukan masyarakat menjadi satu Unit yang fungsional dan memelihara tatanan. Untuk melaksanakan peranan ini diberi keuasaan memaksa yang luas guna menjamin tatananya. Secara tehnik partai komunis tidak memiliki kekuasaan ini tetapi dalam prakteknya bertindak sebagai pemerintah dalam sebagian besar kasus. Dalam bertindak seperti ini ia membutuhkan organesasi yang mempunyai kontak dengan seluruh masyarakat. Prinsip organesasi yang demikian merupakan sentralistik demokrasi yang pelaksanaanya bertindak sebagai saluran  Informasi Bagi Pemimpin Dan Sebagai Sarana Untuk Meletakan Pedoman-Pedoman Diseluruh Negara Dan Menajmin Agar Pedoman Tersebut Ditati. Selain Itu Partai merupakan jalan utama untuk mengekspresikan pandangan-pandangan yang bertentangan sehingga unsur-unsur diluar partai seperti meliter dan pendidikan muncul dan berusha untuk duduk dalam kepemimpinan partai.
Sistem Ekonomi negara-negara komunis pasti akan memainkan peranan dalam menentukan tujuan dan prioritas ekonomi. Mereka mengumpulkan data yang terinci mengenai sumber-sumber daya alam yang tersedia. Kemampuan produksi dan kebutuhan minimum masing-masing sektor ekonomi dari seluruh negeri barulah mereka mengambil keputusan mengutamakan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya esensial dan sektor industri serat pertanian memproduksi apa dalam jumlah berapa.. Ekonomi terpimpin tidak hanya dalam produksi, tetapi distribusi barang-barang pertanian dan barang-barang manufaktur dikendalikan secara sentral, selain itu distribusi pendapatan juga diatur oleh pemerintah yang dalam periode diktator proletar, distribusi dilakukan sesuai denag pekerjaan.
Berbeda dengan China dalam sistem perekonomianya menggunakan sistem Komune, Sistem ini merupakan sarana organesasi ekonomi untuk memanfaatkan secara efisien tenaga kerja, tetapi juga merupakan sasaran pengendalian politik. China membentuk Komune pedesaan dengan menghapus beberapa desa dalam suatu daerah dan meleburkanya dalam satu desa besar. Untuk komune perkotaan diorganesasi dengan cara serupa dengan mengambil semua buruh dari pabrik atau industri tertentu.
Kemudian Agama dibeberapa negara komunis hilang. Di Unisovyet agama sangat dibatasi tetapi ditoleransikan agak bebas, namun tidak dapat membuka sekolah. Untuk posisi wanita juga mengalami banyak perubahan, banyak hal telah terbuka bagi wanita. Perubahan tersebut diadakan dalam sistem ekonomi khususnya dalam pendidikan. Seluruh sistem pendidikan dirancang secara sadar untuk menanamkan nilai-nilai sistem, dismaping memberi latihan yang perlu bagi individu untuk mengambil tempat yang bermanfaat bagi anggota masyarakat. Di negara-negara Komunis terdapat suatu usaha yang bertujuan untuk menanamkan nilai sistem kepada individu. Bagian akhir dari sistem sosial lainya adalah startifikasi sosial, komunis belum menghapusnya. Di negara Komunis Stratifikasi maupun mobilitas tergantung dua faktor yaitu keanggotaan dalam partai dan pendidikan khususnya pendidikan ilmiah dan tahknis.
a. Komunisme Uni sovyet
Pemerintah yang demokratis yang baru dari Alexander Kerensky membuka jalan bagi kaum Bolshevik pimpinan Lenin dan Trotsky melakukan subversi dan dengan cepat menghancurkan rezim baru dan pada saat itu mayoritas rakyat Rusia menginginkan kebebasan politik dan adanya perubahan sosial dalam masyarakat.
Pada Bulan Maret sampai dengan Nopember 1917 Kaum Bolshevik menggunakan 3 cara untuk mendapatkan keuasaan yaitu :
Pertama : Menyatakan dirinya dalam propaganda sebagai partai milik rakyat yang mengabdi pada kebebasan demokrasi, keadilan sosial dan menentang semua bentuk reaksi serta ketidak adilan sosial.
Kedua: Mengadakan Infiltasi atau penyusupan terhadap kedalam partai politik, serikat buruh, dewan tentara dan pemerintah daerah.
Ketiga : Cara kekerasan.
Bulan Nopember 1917 mereka merebut kekuasaan di Petograd dan Moskow dari sana menyebabkan revolusi dengan cepat menyebar keseluruh Rusia. Perlawanan terhadap revolusi komunis terpecah kedalam beberapa kelompok dan timbul perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1921. Kerusakan akibat Perang Dunia II dan kehancuran akibat perang saudara mempersulit pembaharuan sosial, namun pada saat itu Lenin menerapkan prinsip komunis dengan mersmikan kebijakan perekonomian baru yang memperkenalkan pemilikan perseorangan secara terbatas, Tujuan utama kebijakan ini adalah mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian, pabrik dengan tetap menerapkan insentif efisien dan laba sistem kapitalis
Dalam penerapan sistem komunis di Rusia yaitu meliputi beberapa bidang antara lain :
Kolektivisasi Pertanaian:
Alasan yang mendorong Stalin memaksakan Kolektivisasi kepada para petani adalah :
Pertama : Para penguasa komunis merasa bahwa produksi pertanian yang ditingkatkan melalui mekanisasi akan lebih mudah dicapai bila diterapkan sistem pertanaian kolektif secara besar-besaran  dari pada pertanian yang dimiliki perseorangan.
Kedua : Pemilikan dan Penggarapan pertanian secara perseorangan menyangkut prinsip pokok komunisme yaitu semula alat produksi dialihkan milik negara.
Ketiga : Para penguasa Komunis melihat adanya ancaman politik dan Psikologi secara langsung terhadap penerimaan atau akseptasi pengarahan politik dari pusat bila sistem pertanian perseorangan dilanjutkan.
Alasan lain dibalik Kolektivisasi Pertanian adalah kebutuhan akan tenaga buruh untuk industri-industri, tenaga kerja yang dibutuhkan tersebut diperoleh hanya melalui mekanisme pertanian, karena itu menghemat tenaga kerja menusia dan pada akhirnya kolektivisasi memiliki tujuan militer yang penting.
Industrialisasi:
Dalam bidang Industrialaisasi kemajuan dibawah komunisme Uni Sovyet sangat pesat. Dari sudut pandang Marx Redistribusi pendapatan yang merata harus menjadi tujuan utama setelah pemilikan alat untuk menciptakan kemakmuran dialihkan kepada negara. Namun demikian para pemimpin Sovyet tidak hanya bersifat Marxis tetapi juga Nasionalis, yang lebih mementingkan kekuatan dan pristice Sovyet sebagai prioritas tertinggi dalam hal pembagian pendapatan, sehingga akibatnya Industrialisasi dipusatkan pada industri berat dan kesiapsiagaan militer serta program kusus dalam Bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Pelayan Jasa dan Perumahan:
Sektor pelayanan perumahan dan jasa paling diabaikan, bahkan dalam Bidang perumahan kurang mendapat perhatian. Persediaan perumahan selalu langka dan sebagian besar perumahan yang tersedia adalah milik negara. Pemerintah mengalokasikan tepat tinggal yang tersedia menurut kreteria sosial yang ditentukan oleh Pemerintah, Para Ilmuwan, Sarjana, pejabat tinggi, Partai, personil militer, dengan pangkat kolonel keatas mempunyai tempat tinggal khusus.
Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan:
Dalam bidang diatas di Rusia sudah maju terbukti dengan adanya pengiriman orang pertama, Wanita pertama, dan kelompok astronot pertama keluar angkasa. Dalam bidang pendidikan yaitu dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan dan Training.
Stratifikasi sosial:
Di Unisovyet terdapat pembagian kelas :
Golongan pertama: adalah pejabat-pejabat tinggi pemerintah, tokoh-tokoh Partai, Pejabat militer, Pimpinan Industri, Cendekiawan, Artis dan pengarang.
Golongan kedua : adalah meliputi pejabat tinggi menengah dari kelompok sipil maupun militer,para menejer pertanian kolektif dan sebagaian dari buruh trampil serta tenaga tekstil dalam Industri.
Golongan ketiga : terdiri masyarakat buruh dan petani
b. Solidaritas di Polandia :
Penentangan para buruh dan petani terhadap priviligentia Komunis.
Komunisme masuk di Polandia bersamaan dengan masuknya tentara-tentara Rusia sebagai penakluk yang membebaskan Polandia dari pendudukan Jerman tahun 1945. Pemimpin pertama partai komunis Polandia adalah W. Gomulka yang Independen dan Moderat terhadap kepentingan–kepentingan Moskow. Sebelum tahun 1948 dipecat karena dituduh melakukan penyimpangan-penyimpangan bersifat nasional. Kedudukan digantikan oleh B. Beirut dan selanjutnya Marsekal Rokossvosky.
Gomulka kembali lagi kedunia perpolitikan Polandia pada tahun 1956. Kebijakan ekonomi Polandia kembali memberikan pengakuan resmi kepada petani-petani yang bebas dan ruang yang lebih luas untuk perusahaan swasta. Sensor diperlonggar sehingga mendorong timbulnya pembaharuan-pembaharuan dalam bidang kesenian dan geraja juga memperoleh kebebasan. Pada periode selanjutnya terjadi perubahan sikap yang menyebabkan kebijakan Gomulka beralih pada praktek penindasan. Perubahan ini merupakan perubahan permulaan periode yang panjang dari pengendalian pemerintah yang semakin meningkat mendapat tantangan dari masyarakat.
Demonstrasi besar-besaran menentang Rezim Gomulka yang dilakukan oleh kaum buruh, mahasiswa dan cendekiawan. Pada tahun 1968 dengan diilhami perubahan Dubcek dari Cekoslowakia ” Sosialisme dengan wajah Komunisme” selama beberapa hari mahasiswa polandia turun jalan protes kebijakan pemerintah dalam bidang kebudayaan. Para Demonstran dipatahkan dengan kekerasan dan banyak Mahasiswa yang ditangkap. Bersamaan dengan itu dilakukan kampanye anti semitisme terhadap orang Yahudi di Polandia. Banyak orang yahudi yang duduk dipemerintahan Polandia di Pecat dan diusir dari Polandia.
Fitnah-fitnah yang di lancarkan oleh Gomulka terhadap orang-orang Yahudi, membangkang dan orang-orang moderat tidak dapat mengembalikan perekonomian yang merosot. Pemerintah yang mengejar keuntungan Industrialisasi mengabaikan kebutuhan disektor pertanian dan keluhan Buruh. Pada tahun 1970 kegelisahan terus menyerang dikalangan Buruh industri Polandia menyebabkan terjadinya kekerasan di Kota Gdanks yang juga menjadi aksi lahirnya solidaritas. Para buruh Galangan kapal tidak hanya melakukan pemogokan tetapi juga melakukan konfrontasi dengan penguasa lokal. Melakukan aksi pembakaran terhadap markas-markas besar partai. Dari kota Gdanks pemogokan mejalar kesepanjang laut Baltik. Pemerintah mengerahkan milisi sehingga pemogokan dapat dihentikan, tetapi kekuasaan Gomulka berakhir.
Pengganti Golmuka adalah E. Gierek yang merencakan perbasiskan ekonomi Polandia  dengan  mengadakan peminjaman Luar negeri. Gierek berkeinginan menjadikan Polandia sebagai produsen barang-barang manufactur dipasaran dunia.  Namun berdampak buruk bagi Polandia karena terjadi Inflansi, Pemasaran produk Polandia tersendat dipasaran dunia para petani menolak menjual produknya dengan harga rendah demi menyediakan makanan untuk semua orang. Eksport terus dipacu demi memperoleh Devisa untuk membayar hutang luar negeri, harga bahan makanan naik, upah diturunkan, jam kerja ditambah, sementara kondisi kesehatan dan keselamatan kerja diabaikan, didalam negeri dibentuk kelompok-kelompok yang membongkar kasus korupsi dan menejemen yang mengecam berbagai penindasan. Kelompok ini seperti perlindungan kaum buruh (FOR) yang mempunyai hubungan dengan solidaritas. Disamping itu jaringan-jaringan kelompok kecil yang menyebar menciptakan pusat-pusat pembangkaangan terorganisir diseluruh negeri mengajukan protws atas kesewenang-wenangan pemerintah dan menuntut perubahan.
Menejemen oleh Buruh sendiri VS Peran Utama Partai
Tuntutan-tuntutan awal solidaritas dalam pemogokan termuat dalam 21 tuntutan. Antara lain berkaitan dengan kondisi kerja dan hidup spesifik seperti tingkat upah, Uang saku, Dana Pensiun, pelayanan kesehatan, fasilitas pemeliharaan anak pra sekolah, pengadaan perumahan dan hari lubur. Tuntutan yang lain adalah sistem penilaian dalam seleksi untuk jabatan pimpinan yang didasarkan pada kwalifikasi seseorang dan bukan keanggotaanya dalam partai komunis. Tuntutan ini memberikan pukulan bagi kebijakan yang disebut ”Nomenklatura”  yang digunakan partai Komunis untuk mempertahankan keadilanya atas masyarakat dan kaum Buruh. Secara teoritis Nomenklatura dimaksudkan untuk menjamin orang-orang yang berkuwalitas dan penuh pengabdian yang dapat mengisi jabatan penting.
Tuntutan Solidaritas yang lain adalah : supaya para buruh yang memberontak dipekerjakan kembali, para mahasiswa yang melakukan protes diijinkan kembali untuk masuk sekolah dan menghentikan penindasan terhadap keyakinan seseorang. Selain itu solidaritas juga menuntut adanya serikat-serikat buruh yang bebas dan berhak melakukan pemogokan serta menentang struktur pokok dari hubungan atasan dengan bawahan.
Tuntutan solidaritas ini melahirkan perjanjian di Gdanks yang mengakui adanya hak kaum buruh untuk membentuk serikat bebas dan melakukan pemogokan, juga menegaskan kembali peran utama partai dan setatus keanggotaan dalam Paktawarsawa. Solidaritas menyetujuhi untuk memperhatikan ketentuan-ketentuan yang termuat dalam ”Konstitusi Republik Rakyat Polandia” Gerakan ini menyatakan bahwa serikat buruh yang baru tidak bermaksud memainkan peranan  utama dalam negara. Solidaritas berjanji untuk membina kegiatan kegiatan serikat tanpa merusak aliansi internasional yang berlaku.
c. Komunisme China.
Untuk pertama kalinya partai komunis China didirikan oleh MaoTse Tung tahun 1921. Mao membawa partai ini menuju kekuasaan dalam revolusi nasional dalam tahun 1949, tepatnya tanggal 10 oktober 1949. Sebelumnya china dalam kondisi lemah dan terpecah-pecah, miskin, semi feodal, dilanda kelaparan secara periode, diperintah oleh para Panglima perang yang reaksioner, dan dikuasai oleh kekuatan asing yang menuntut konsesi politik dan ekonomi dari pemerintah pusat.
Setelah Revolusi 1911 melanda china melahirkan keuatan-kekuatan revolusioner yang meraih kemenangan menampilkan dua ahli waris yaitu Partai Komunis atau Kuomintang dan Partai Komunis. Dua parti ini mempunyai tujuan yang berbeda. Kuomintang dibawah pimpinan Chiang Kai Sek cenderung berpandangan sempit dan konservatif. Tujuan utamanya mengkonsolidasikan kekuatan kuomintang dan mengesampingkan pembangunan ekonomi dan hanya melindungi kelompok-kelompok pendukungnya. Sedangkan pembaharuan sosial politik diabaikan dan menyerukan diberlakukanya kembali nilai-nilai konfusius, disiplin militer yang ketat dn yang terpenting adalah pemusnahan kaum komunis daari pada mengadakan pembaharuan dari negara dan menghadapi agresi Jepang. Disini lain Mao menghendaki adanya perubahan yang mendasar di China yang sifatnya agraris. Menurut teorinya ia memberi tekanan pada kemampuan revolusioner petani dan bukanya kaum buruh kota, dan tentang implikasi radikal yang ditimbulkan oleh seruan adalah untuk mengadakan revolusi diwilayah pedesaan.
Pertentangan dua partai ini dimenangkan oleh Kuomintang dan kaum Komunis meloloskan diri menuju wilayah barat laut. perjalanan panjang pada tahun 1927 ini mejadi legenda dalam sejarah Komunisme China yang menelan korban 70.000  orang dengan jarak 7000 mil. Sisa dari kaum komunis dipimpin oleh Mao dan di cetak menjadi tentara tentara militan.
Doktrin-doktrin Mao
Mao berpengaruh faham Marxisme-Leninisme yang sifatnya ortodoks. Beberapa tema yang bersifat Maois seperti yang telah dijabarkan pada teori Komunisme tersebut diatas meliputi 4 Konsep yaitu :
1.  Peranan desa lebih penting dari pada kota pusat
2.  Tentara merah lebih penting dari pada aksi massa
3.  Semangat revolusi lebih penting dari pada keahlian tehknis
4.  Kekuatan subyektif lebih penting dari pada kekuatan obyektif.
Meskipun pemikiran Mao berubah, ia tetaplah Kenins sejati yang mengutamakan peranan partai komunis dan kediktatoran proletariat. Partai adalah organesasi utama yang dominan dalam melaksankan revolusi dan menjalankan pemerintahan negara.
Kemenangan Kaum Komunis
Selama masa-masa sulit di Yenan Mao melaksanakan kebijaksanaan yang mencakup pembaharuan dalam bidang agraris, seruan-seruan yng bernada nasionalis untuk menentang serbuan asing, kampanye untuk menarik massa pada perjuangan Komunis, dan pengkaderan politik yang intensif. Perseteruan dengan Kuomintang dimenangkan oleh Mao dalam waktu dua tahun setelah Jepang mengalami kekalahan dari China. Chiang mundur ke Taiwan dan menata kembali sisa perlawanan terhadap kaum komunis.
Republik Rakyat.
Setelah meraih kemenangan dari Partai Nasionalis tugas awal yang dilakukan Rezim Komunis adalah membentuk struktur pemerintahan Nasional dan memulihkan perekonomian untuk menuju cita-cita pembanagunan dan sosialisme. Mao menerapkan beberpa kebijakan antara lain Land Reform, pembentukan badan perencanaan untuk mengarahkan kegiatan ekonomi dalam skala nasional, meningkatkan produksi industri. Untuk memperkenalkan kebijakan baru dan mendapatkan dukungan rakyat Mao mengadakan kampanye tentang program lompatan jauh kedepan tersebut.
Revolusi Kebudayaan (1966-1969)
Revolusi merupakan hasil pertarungan politik yang berlangsung selama beberapa tahun, intinya adlah mempolitisir semua kegiatan masyarakat sehingga tidak ada celah yang kebal terhadap pencegahan terhadap campur tangan penguasa atas nama kesadaran revolusi rakyat. Sasaran utama dari revolusi ini adalah lembaga yang menjalankan fungsi sosialisasi dalam masyarakat yang secara langsung membentuk nilai dan keyakinan manusia. Meskipun berbagai perubahan yang dramatis dirasakan dalam bidang pendidikan, kesenian, terutama politik, tetapi mengakibatkan penderitaan rakyat dan China harus kehilangan satu Juta tenaga dokter, Insinyur, guru, dan tenaga profesi-profesi lainya.
Revolusi kebudayaan merupakan bagian dari usaha Mao untuk merubah masyarakat China menurut pandanganya yang bersifat Egaliter dan komunal. Hal ini dilakukan karena kekawatiran Mao terhadap kecenderungan kearah birokrasi dan elitisme yang tidak dapat dihindari.
Empat Program Modernisasi
Program ini dilakukan oleh Deng Xioping sepeninggal “Founding Fathres”  yang mencakup modernisasi dalam bidang Industri, Pertanian, Ilmu Pengetahuan, dan Tehnologidan Pertahanan Nasional. Unsur terpenting dalam program empat moderenisasi ini adalah pengandalanya atas mekanisme pasar yang sejalan dengan perencanaan negara sebagai alat untuk merangsang produksi dan meningkatkan efisiensi
Tujuan dari empat modernisasi ini adalah mencakup berbagai porubahan penting yang mengarah pada penanaman Modal asing di China dengan negara-negara Kapitalis barat. Kelonggaran atas perekonomian menyebabkan munculnya moderenisasi yang kelima, yaitu dalam bidang politik menuju demokrasi yang lebih luas. Tetapi terang-terangan ditolak oleh Deng. Sama halnya dengan Mao. Deng juga melakukan penyimpangan dari praktek Maoisme yaitu sosialisme dalam negeri dan hubungan kerja sama dengan luar negeri dalam penyegaran atau pemulihan kembali perekonomian.
d. Komunisme di Indonesia
Paham Komunis di Indonesia berkembang pada tahun 1914 dengan didirikan ISDV atau Indiche Social Democratishce Vereniging oleh Sneevlit, seorang sosialis Belanda. ISDV kemudian menyusup Ke Sareat Islam dan berkat dukungan Komintern berhasil mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka memulai Perjuanganya melalui garis Nasionalisme dalam rangka perlawanan terhadap Belanda.
Tahun 1926 merupakan pemberotakan pertama yang dilakukan oleh PKI, meskipun berhasil digagalkan. Banyak pimpinan PKI yang dibuang ke Boven Digul dan melarikan diri keluar negeri.
Setelah Kemerdekaan RI, mereka pulang kembali ke Indonesia dan menyusun kekuatan serta melakukan infiltrasi kedalam tubuh pemerintahan dan Militer, tahun 1948 Muso dengan dukungan dari Moskow mengadakan pemberontakan pertama di Madiun, pemberontakan ini dapat diatasi oleh pemerintah RI, tetapi tokoh-tokohnya seperti Aidit , Lukman, Sudirman dan Nyoto membangun kembali Partai komunis dan pada perkembanganya berhasil mendapatkan massa sejumlah 3.000.000. orang, karena keberhasilanya memperalat Presiden Soekarno yang saat itu berusaha menyelaraskan Nasionalisme, Agama dan Komunis (Nasakom).
Tahun 1965 PKI melancarkan kembali serangannya dan berhasil membunuh tujuh jendral besar dari tubuh angkatan darat. Seperti pemberontakan yang pertama, pemberontakan ke dua juga berhasil dilumpuhkan oleh Angkatan Darat dan PKI pun dibudarkan. Yang harus diperhatikan adalah sampai saat ini peristiwa pemberontakan PKI dan penumpasanya yang berhasil mengangkat Jendral Soeharto menjadi Presiden RI pada Masa Orde Baru tetap menjadi teka-teki yang dipertanyakan soal kebenaranya.

KONSEP FASISME



FASISME DALAM SEJARAH
PENDAHULUAN
Fasisme merupakan salah satu ideologi besar yang berkembang cukup fenomenal. Fasis berasal dari Italia yang berarti mementingkan kepentingan negara di atas segala-galanya, mengunggulkan dominasi kelompok, ras, atau bangsa dan menganggap remeh bangsa lain. Dalam prakteknya, negara Fasis memerintah secara otoriter. Hal ini dikarenakan di negara-negara Fasis, pemerintah menggunakan dalih bahwa keputusan yang dibuat pemerintah merupakan tindakan demi negara, jadi barang siapa yang menentang pemerintah maka dianggap tidak tunduk pada negara. Pemerintahan Fasis menjadikan militer sebagai basis kekuatan untuk mempertahankan kekuasaannya.
Negara-negara Fasis yaitu Italia, Jerman, Jepang dan Spanyol jelas mengandalkan dominasi militer untuk mencapai tujuannya. Sehingga tidak heran negara-negara fasis sangat maju dibidang teknologi perang daripada negara-negara komunis (yang identik dengan negara-negara terbelakang) ataupun negara-negara kapitalis (yang didominasi negara-negara maju). Perang Dunia II tidak lebih dari perang antara negara-negara Fasis (blok sentral) melawan negara-negara sekutu. Sekarang ini negara-negara fasis sudah runtuh, karena sudah kalah diberbagai bidang dengan negara-negara kapitalis. Seluruh dunia menyadari bahwa hegemoni negara tidak hanya berdasar dari dominasi milliter tapi dari kekuatan ekonomi.









A.    Latar Belakang Fasisme
Fasisme (/ fæʃɪzəm /) adalah, gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka menganjurkan pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu bangsa dan terciptanya "manusia baru" yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui indoktrinasi, pendidikan fisik, dan eugenika kebijakan keluarga termasuk. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal, dan akan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan berperang untuk menjaga bangsa yang kuat. Pemerintah Fasis melarang dan menekan oposisi terhadap negara.
Fasisme dikenal sebagai ideologi yang lahir dan berkembang subur pada abad ke-20. Ia menyebar dengan pesat di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di Jerman dan Italia pada khususnya, tetapi juga di negara-negara seperti Yunani, Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat menderita oleh cara-cara pemerintah yang penuh kekerasan. Berhadapan dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya dapat gemetar ketakutan. Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu di mana kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi hukum mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut. Lebih jauh lagi, pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan kemasyarakatan, dari pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur pemerintah hingga sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan pribadi rakyatnya.
Kondisi penting lainnya dalam pertumbuhan negara fasis adalah perkembangan industrialisasi. Munculnya negara industri, memunculkan ketegangan sosial dan ekonomi. Jika liberalisme adalah penyelesaian ketegangan dengan jalan damai yang mengakomodasi kepentingan yang ada, maka fasisme mengingkari perbedaan kepentingan secara paksaan. Fasisme mendapat dukungan pembiayaan dari industriawan dan tuan tanah, karena kedua kelompok ini mengharapkan lenyapnya gerakan serikat buruh bebas, yang dianggapnya menghambat kemajuan proses produksi dalam industri. Sumber dukungan lain bagi rezim fasis adalah kelas menengah, terutama pegawai negeri. Mereka melihat fasisme adalah sebuah sarana untuk mempertahankan prestise yang ada sekaligus perlindungan politik. Fasisme juga memerlukan dukungan dari kaum militer, sebagaimana fasisme Jerman, Italia dan Jepang, sebagai jalan menuju militerisasi rakyat.
Meskipun fasisme bukan merupakan akibat langsung dari depresi ekonomi, sebagaimana teori marxis, tetapi jelas kaum fasis memanfaatkan hal itu. Banyaknya angka pengangguran akibat depresi, melahirkan kelompok yang secara psikologis menganggap dirinya tidak berguna dan diabaikan. Saat hal ini terjadi, maka fasisme bekerja dengan memulihkan harga diri mereka, dengan menunjukkan bahwa mereka adalah ras unggul sehingga mereka merasa dimiliki. Dengan modal inilah, maka fasisme juga memperoleh dukungan dari rakyat lapisan bawah.
Dengan demikian, fasisme bekerja pada setiap lapisan masyarakat. Fasisme memanfaatkan secara psikologis kesamaan-kesamaan pokok yang ada seperti: frustasi, kemarahan dan perasaan tak aman. Tak aneh, jika dalam sejarahnya rezim fasis senantiasa mendapatkan dukungan masyarakat. Terutama hal ini jelas terjadi di Jerman.

B.     Ciri-ciri Fasisme
1.      Nasionalisme militan, menyatakan keunggulan ras dan budaya kelompok etnis dominan dan menegaskan hak yang melekat bahwa kelompok mendapat posisi dominan khusus atas orang lain baik di dalam negeri dan tatanan internasional
2.      Pemujaan pemimpin nasional tunggal karismatik dan menjadi representasi paling sejati dari cita-cita budaya nasional.
3.      Penekanan pada kebutuhan mutlak persatuan nasional yang lengkap, yang membutuhkan sebuah organisasi negara yang sangat kuat dan disiplin (terutama sebuah polisi rahasia yang luas dan aparatus sensor), tak terbatas dengan pembatasan konstitusional atau persyaratan hukum dan di bawah dominasi absolut dari pemimpin dan gerakan politik atau partai.
4.      Militan anti-Komunisme ditambah dengan keyakinan dalam ancaman ekstrim dan nyata terhadap keamanan nasional dari pasukan Komunis kuat dan ditentukan baik di dalam maupun luar negeri.
5.      Penghinaan untuk sosialisme demokratis, kapitalisme demokratis, liberalisme, dan segala bentuk individualisme, dengan menyatakan bahwa negara di atas segala-galanya.
6.      Pemuliaan kekuatan fisik, loyalitas pribadi fanatik terhadap pemimpin.
7.      Sebuah alat yang canggih untuk propaganda sistematis penduduk untuk menerima nilai-nilai dan ide-ide melalui manipulasi terampil dari media massa, yang benar-benar dimonopoli oleh rezim sekali gerakan datang ke kekuasaan
8.      Sebuah kecenderungan menuju mengejar kebijakan luar negeri militeristik dan agresif.
9.      Ketat regulasi dan pengendalian ekonomi oleh rezim melalui beberapa bentuk perencanaan ekonomi korporatis dimana bentuk hukum kepemilikan pribadi industri nominal diawetkan tetapi di mana kedua pekerja dan kapitalis wajib menyerahkan rencana mereka dan tujuan untuk negara yang paling rinci peraturan dan upah yang luas dan kontrol harga, yang dirancang untuk memastikan prioritas tujuan kepemimpinan politik atas kepentingan ekonomi pribadi rakyat.

C.    Teori dan Praktek Fasisme
Tidak seperti komunisme, fasisme tidak memiliki landasan prinsipil yang baku atau mengikat perihal ajarannya. Apalagi dewasa ini dapat dipastikan, bahwa fasisme tidak memiliki organisasi yang menyatukan berbagai prinsip fasis yang bersifat universal. Namun demikian, bukan berarti fasisme tidak memiliki ajaran. Setidaknya para pelopor fasisme meninggalkan jejak ajaran mereka perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan Mussolini menulis Doktrine of Fascism. Ajaran fasis model Italialah yang kemudian menjadi pegangan kaum fasis di dunia, karena wawasannya yang bersifat moderat.  Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:
1.      Ketidakpercayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu” terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
2.      pengingkaran derajat kemanusiaan.  Bagi fasisme manusia tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
3.      Kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan.  Dalam pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin pemerintah.
4.      Pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat.  Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit.
5.      Totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan.
6.      Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme.
7.      Fasisme memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban internasional. Konsensus internasional adalah menciptakan pola hubungan antar negara yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan jelas menolak adanya persamaan tersebut. Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak menentang hukum dan ketertiban internasional.


D.    Ekonomi Fasis
Ekonomi fasis menurut Ebenstein memiliki ciri negara korporasi. Dalam pemahaman ini, negara berkuasa untuk menata dan mengawasi system perekonomian. Negara fasis mengatur asosiasi modal dan tenaga kerja, dimana tenaga kerja diawasi dan asosiasi mendapatkan monopolinya. Dengan demikian negar berfunsi sebagai kelompok penengah.
Ada dua asumsi yang mendasari filsafat negara korporasi. Pertama,masyarakat biasa tidak boleh memikirkan hal-hal yang bersifat politik. Mereka hanya berhak menjalankan tugasnya sendiri-sendiri. Kedua, para elitlah yang dianggap memiliki kemampuan untuk memahami masalah seluruh anggota masyarakat. Karena itu hanya mereka yang berhak memerintah.
Demokrasi dengan tegas menolak hal ini. Demokrasi melihat bahwa aspek ekonomi dan politik adalah sesuatu yang tak terpisahkan. Selain itu sangat tidak mungkin para penguasa menggantikan “perasaan’ masyarakat yang dikuasai, terlebih lagi adanya prinsip kelas unggul di dalam masyarakat. Bagi kaum fasis sendiri, Italia misalnya, negara  korporasi bukanlah suatu respons atas kapitalisme maupun sosialisme liberal. Melainkan adalah suatu solusi kreatif dalam memikirkan kemakmuran ekonomi. Namun demikian, bagaimanapun fasisme yang totaliter tidak pernah mengizinkan persaingan bebas. Negara harus menunjukkan kuasanya diatas kepentingan atau unsur apapun.
Pada akhirnya, negara korporasi fasis terbukti kebangkrutannya. Saat Italia mulai dikalahkan oleh tentara sekutu pada Perang Dunia II, maka kepercayaan terhadap Il Duce juga memudar. Akhirnya, Mussolini harus merasakan hukuman mati dari rakyatnya sendiri.
E.     Perbandingan Negara-negara Fasis
1.      Italia
Italia adalah negara awal berkembangnya fasisme. Gerakan fasis di Italia adalah sebuah gerakan spontanitas massa yang masif, dengan para pemimpin baru yang berasal dari rakyat biasa. Gerakan fasis Italia berasal dari gerakan plebian (catatan: plebian berarti berasal dari rakyat biasa), disetir dan dibiayai oleh kekuatan borjuis besar. Fasisme berkembang dari kaum borjuis kecil, kaum lumpenproletar, bahkan pada tingkatan tertentu dari massa proletar. Perkembangan Fasis di Italia dipimpin oleh Musolini dengan mendirikan partai
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk mengembangkan fasisme di Italia.
a. Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia.
b. Memperkuat angkatan perang.
c. Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.
d. Menduduki Ethiopia dan Albania.
Setelah Perang Dunia Ke I, pemerintahan di Italia dipegang oleh Kaisar Victor Emmanuel III yang lemah, tidak tegas dan tidak disukai rakyatnya. Dalam keadaan sperti itu muncul golongan Ultra Nasionalis yang mendapat dukungan besar dari rakyat. Pada tahun 1919 golongan Ultra Nasionalis berhasil mendirikan Partai Fasis dibawah pimpinan Benito Mussolini. Tahun 1922 Mussolini berhasil merebut pemerintahan stelah berkuasa, Benito Mussolini menjalankan tugas panggilan suci yaitu mengembalikan masa kejayaan Romawi Kuno yang diberi nama Italia La Prima. Kebaktian yang mutlak kepada bangsa dan Negara menjadi prinsip dasar bagi pendidikan fasisme di Italia. Pada tahun 1922 itu Partai Fasis yang dipimpin oleh Benito Mussolini dan beranggotakan 50 ribu orang mengadakan long march ke Roma dengan tujuan menuntut Perdana Menteri Italia untuk mengundurkan diri. Raja Italia menunjuk Mussolini sebagai perdana menteri, mulailah pemerintahan dictator Mussolini ( 1922 - 1944 ). Dengan paham fasisnya, Mussolini melaksanakan tindakan - tindakannya sebagai berikut.
a.       Diadakannya perjanjian Lateran ( 1929 ) dengan Sri Paus di Roma, yang menghasilkan terbentuknya Negara Vatikan seluas 44 ha. Selesailah soal Roma, yaitu pertentangan antara Paus dan pemerintahan Italia.
b.      Untuk melaksanakan Italia Irredenta-nya , pada tahun 1934, Italia bersahabat dengan Perancis karena khawatir terhadap kekuasaan Jerman.
c.       Pada tahun 1936, Italia dapat menduduki Ethiopia sehingga Kaisar Ethiopia mengajukan protes ke LBB, akhirnya Italia keluar dari LBB.
d.      Membantu Jendral Franco dalam perang saudara di Spanol ( 1936 - 1939 ).
e.       Italia menjalin kerjasama dengan Jerman untuk tidak saling mengganggu dalam mencapai cita–citanya. Dalam waktu singtkat Italia dibawah Mussolini berkembang menjadi Negara kuat berpahamkan Fasisme.


Mussolini yang berkuasa kemudian bertindak secara diktator seperti :
a.       Mengangkat dirinya menjadi perdana menteri merangkap menjdi panglima angkatan perang;
b.      Menempatkan anggota partai fasis dalam jabatan penting di pemerintahan.
c.       Menyingkirkan kaum oposisi dengan kekerasan senjata
d.      Menghapuskan dewan perwakilan rakyat gaya lama
e.       Membuat undang - undang berdasarkan dekrit dari pusat
f.       Menghapuskan hak - hak asasi manusia
g.      Melarang emigrasi, perceraian, dan pembatasan kelahiran agar jumlah penduduk bertambah cepat.
h.      Membatasi wewenang badan legislatif
i.        Sri Paus diakui kekuasaannya sebagai kepala gereja yang berkedudukan di Vatikan.
Setelah merasa kuat Mussolini segera melancarkan politik ekspansionisme dengan menyerang dan menduduki Abessinia dan Ethiopia pada tahun 1935. Untuk memperkuat kedudukannya Italia menjalin kerjasama yang erat dengan Jerman dibawah Hitler. Fasisme di Italia mempunyai kesamaan dengan Naziisme di Jerman, yaitu bersifat Ultra Nasionalisme, militerisme, antiliberalisme, diktatorisme, antiindividualisme, dan antikomunisme, bagi Fasisme berlaku semboyan semua untuk Negara. Dalam perkembangannya Fasisme kemudian menjadi penyebab meletusnya Perang Dunia ke II.
2.      Jerman
Jerman menjadi negara fasis setelah keruntuhan kekaisaran Jerman akibat kekalahan di Perang Dunia I. Setelah itu muncul NSDAP (Nazi) yang dipimpin Adolf Hitler yang mampu menggulingkan kaisar dan membentuk pemerintahan republik. Faham yang diutarakan Hitler disebut sebagai naziisme (faham Nazi). Naziisme adalah
a.       Paham yang mengutamakan kepentingan Negara diatas segala – galanya, karena itu terbentuk negara totaliter.
b.      Paham kemasyarakatan yang nasional sosialistis ( satu buat semua, semua buat satu, tetapi hanya untuk Jerman ).
c.       Untuk membentuk Negara totaliter pemerintahan harus dipimpin oleh satu pemimpin yang bertanggung jawab atas segala – galanya artinya pemerintahan harus disusun secara Diktaktor. Adolf Hitler selalu menekankan kepada pemuda Jerman bahwa bangsa Jerman adalah bangsa yang besar yang ditakdirkan untuk memerintah dunia (Deucland Uber Aless) karena bangsa Jerman adalah bangsa berdarah Arya, yang merupakan pangkal kekuatan jerman. Namun kekuatan itu sedang terbelenggu oleh kekuatan asing, yaitu bangsa Yahudi dan Komunis. Orang Yahudi sebagai penyebab semua itu harus dimusnahkan.
Selanjutnya, kata Adolf Hitler untuk melepaskian diri dari penderitaan dan meluaskan ruang hidup, Jerman harus membentuk angkatan perang yang sangat kuat yang dipimpin oleh seorang Fuhrer (pemimpin besar). Setelah Perang Dunia I Negara Jerman yang semula berbentuk Kerajaan berubah menjadi Republik. Akan tetapi, masa pemerintahan republic ini tidak berhasil mengatasi kekacauan ekonomi sebagai akibat Perang Dunia I. Lebih lebih lagi Jerman berada di pihak yang kalah. Dengan adanya hal tersebut. Timbullah ketidakpuasan rakyat yang menimbulkan kekacauan-kekacauan, bahkan pemberontakan- pemberontakan. Sementara itu Partai Nasionalis Jerman atau National Sozialistische Deutsche Arbeiter. (NSDAP) yang disingkat dengan Nazi berkembang menjadi partai yang kuat dipimpin oleh Adolf Hitler. Nazi berusaha merebut kekuasaan tetapi gagal. Hitler dipenjarakan. Dipenjara itulah Hitler menulis buku Mein Kamf (Perjuanganku) isinya mengenai paham – paham Nazi. Dalam waktu singkat Partai Nazi yang dipimpin Hitler maju dengan pesat. Pada tahun 1933 Adolf Hitler diangkat menjadi Perdana Menteri (Kanselor) oleh Presiden Hindenburg.
Kebijaksanaan Hitler sebagai perdana menteri yaitu.
a.       Jerman keluar dari LBB karena usahanya mengenai penambahan jumlah militer Jerman ditolak.
b.      Membatalkan semua perjanjian internasionalnya, termasuk Perjanjian Versailles yang dianggapnya sangat merugikan pihak Jerman.
c.       Memperkuat armada militernya untuk merebut kembali sungai Rijn.
d.      Membangun industrinya termasuk industri perang.



3.      Jepang
Munculnya fasisme Jepang tidak dapat dipisahkan dari Restorasi Meiji. Berkat Restorasi Meiji, Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat. Majunya industri tersebut membawa Jepang menjadi negara imperialis. Jepang menjadi negara fasis dan menganut Hakko I Chiu. Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka, masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo. Untuk memperkuat kedudukannya sebagai negara fasis, Kaisar Hirohito melakukan beberapa hal berikut.
a.       Mengagungkan semangat bushido.
b.      Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
c.       Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
d.      Memodernisasi angkatan perang.
e.       Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh Jepang.
4.      Kasus “Fasisme” di Spanyol
Fasisme di Spanyol dipimpin oleh Jendral Franco. Ebenstein mencatat bahwa ideology fasisme di Spanyol bertindak lebih moderat, karena pada awalnya ia hanya merupakan bentuk perkembangan kepentingan nasionalisme. Jendral Franco sendiri juga pada awalnya bukanlah seorang fasis, melainkan hanya militer biasa. Ia justru memanfaatkan kelompok Phalangis dalam menjalankan kekuasaannya. Berbeda dengan Fasisme Jerman dan Itali, dimana partailah yang memanfaatkan militer.
Bertahannya gerakan “fasis” franco lebih disebabkan karakter Spanyol yang agak berbeda dengan fasisme di Jerman maupun Italia. Di Spanyol, franco menjadi penguasa karena kemenangannya dalam perang saudara melawan kelompok republik. Ia juga mendapatkan dukungan kaum gerejawan, yang dipinggirkan dalam pemerintahan republik. Lebih penting, franco berkuasa atas negara yang baru mengembangkan industri dan baru bangkit sehabis perang, sehingga ketika Perang Dunia II terjadi, ia memilih untuk tidak melibatkan diri dalam persekutuan fasisme Italia-Jerman dan Jepang. Ketidak ikutsertaannyalah yang membuat rezim Franco mampu bertahan. Bahkan hingga kematiannya, ia masih di elukan oleh rakyatnya.
Namun demikian, pada akhirnya fasisme di Spanyol justru tumbang secara konstitusional dengan tahap kompromi yang lebih lunak. Dalam hal ini kelompok monarki Raja Juan Carlos memainkan hal yang penting, dan ternyata rakyat Spanyol juga tidak terlampau bereaksi karena perubahan yang ada. Lambat laun, Spanyol memasuki system liberalisme dan menjadi bagian masyarakat eropa.



























Daftar Pustaka
Referensi
Ebenstein, William dan Edwin Fogelman. Isme-Isme Dewasa Ini, penerjemah: Alex Jemadu,  Jakarta: Erlangga, 1990.
Hobsbawm, Eric. Age of Extremes, London: Abacus, 1994.
Id.svhoong.com (diunduh tanggal 13 Oktober 2011, pukul 20.24 WIB)
Id.wikipedia.com (diunduh tanggal 13 Oktober 2011, pukul 20.03 WIB)
Jacek-87.blogspot.com (diunduh tanggal 13 Oktober 2011, pukul 19.50 WIB)
Waroofweekly.blogspot.com (diunduh tanggal 13 Oktober 2011, pukul 20.15 WIB)
Wilkinson, Paul. New Fascist, Yogyakarta: Resist Book, 1995.