PERKEMBANGAN
PAHAM LIBERALISME di DUNIA PADA ERA SEKARANG INI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd.
Oleh :
Dimas Sulthon Syahir (120210302012
Kelas B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ketika pasar bebas tak dapat
terbendung dan pembentukan regionalisme tiap daerah yang terdapat di setiap
benua mulai berkembang, maka globalisasi memang sedang merajalela dalam
perekonomian dunia. Jika memandang keadaan modern saat ini, sudah tak dapat dipungkiri
lagi bahwa sesungguhnya negara-negara yang masih berdiri harus menelan
“material” klasik yang kian melaju pesat, yang tak lain dikenal dengan sebutan
neoliberalisme.
Liberalisme pada awalnya muncul saat
dunia barat memasuki enlighment ages
atau abad pencerahan sekitas abad ke 16 sampai awal abad 19 yang mana pada saat
itu, mulai muncul industri dan perdagangan dalam skala besar yang berbasis
teknologi baru. Untuk mengelolala kedua hal tersebut muncullah
kebutuhan-kebutuhan baru seperti buruh yang bebas dalam jumlah banyak, ruang
gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi dan kekbebasan berkreasi. Namun
kebutuhan-kebutuhan ini terbentur oleh peraturan-peraturan yang dibuat masa
pemrintahan yang feodal. Maka golongan intelektualyang mengendepankan rasionalitas
memunculkan paham liberal. Golongan intelektual ini merasakan keresahan ilmiah
(rasa ingin tahu dan keinginan untuk
mencari pengetahuan yang baru).
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana
awal dari lahirnya paham Liberalisme ?
1.2.2
Bagaimana
Perkembangan awal paham Liberalisme ?
1.2.3
Apa
Relevansi Kekuatan Liberalisme Pada Era Sekarang ini ?
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Awal Lahirnya Liberalisme
Liberalisme
merupakan ideology kelas tertentu yang mecirikan kepentingan ketentuan yang erat
kaitannya dengan pemikiran-pemikiran yang lahir pada masa Pencerahan dan
Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18. Tapi, ciri-ciri pemikiran Pencerahan
yang universal dan mutlak serta ideology liberal yang merupakan jawaban
terhadap gaya monarki Perancis yang agak total, sebagiannya telah tidak
memungkinkan dibicarakannya dan diperdebatkannya organisasi-organisasi sosial
dan politik Perancis; ia tidak mungkin dibicarakan dalam kerangka pembaharuan
tertentu apalagi para pemikir Pencerahan cenderung menggeneralisirnya dengan
abstraksi-abstraksi yang luas, walau demikian ‘kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan’ jelas mengacu pada aspirasi kaum borjuis Perancis – pengusaha
kelas menengah yang baru muncul, pedagang, banker, intelektual dan para
profesional yang merasa di kekang oleh lembaga kebangsawanan yang dikuasai oleh
monarki absolute.
Kaum borjuis
Perancis abad ke-18 berusaha untuk mengakhiri penguasaan ekonomi yang telah
ketinggalan zaman (dikenal sebagai ‘merkantilisme’) para perdagangan, penanaman
modal. Mereka berusaha menghilangkan peranan Gereja Katolik sebagai pemilik
harta kekayaan dan lembaga ekonomi. Mereka menuntut pengurangan kekuasaan
monarki atau menurut ketentuan kejadian yang bersifat revolusioner-menghapus
sama sekali; selain mendesak penghapusan warisan hak-hak istimewa dan status
sosial yang membedakan mereka dengan kaum bangsawan.
Mereka menghendaki kontrol pada lembaga
parlementer sebagai monarki, menuntut sistem ekonomi perdagangan bebas yang
kapitalisme dan asas-asas laissez faire(negara
tidak campur tangan) sebagai pengganti merkantilisme, dan ingin agar semua
orang mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, tidak terbebani
oleh perbedaan-perbedaan gelar dan derajat sebagai pengganti hak istimewa dan
status sosial yang diwariskan.
2.2 Tokoh-tokoh dan Pemikir Tentang Liberalisme
Jhon
Locke (1632-1704) ialah seorang filsuf yang disebut sebagai juru bicara
Liberalisme. Jhon Locke hidup dalam zaman yang penuh gejolak di Inggris.
Sebelum dia lahir, terjadi perang saudara antara kaum Cavaliver, para pengikut
raja Charles I, dan kaum yang berada pada kekuatan dalam parlemen.Sementara
itu, dalam parlemen terjadi perpecahan antara fraksi para imam yang menghendaki
pemerintahan teokratis elitis dan fraksi independen yang menghendaki kebebasan
politis bagi rakyat banyak. Dalam hidupnya, berbeda dengan Hobbes membela Raja
Charles I yang absolut, Locke berpihak pada pemberontakan borjuasi melawan
pemerintahan absolut, yang dikenal sebagai “Glorious Revolution”.
Locke
dilahirkan dari keluarga yang memihak parlemen. Sikap puritan ayahnya sedikit
banyak memengaruhi pemikiran Locke yang tidak suka pada aristokrasi. Locke
belajar di Universitas Oxford dan disana ia menyukai fisiologi dan alergis
terhadap filsafat skolastik. Ia tidak begitu suka pada karya-karya klasik. Di
satu pihak, pengaruh liberalisme tertanam kuat didalam dirinya yang didukung
oleh pengaruh John Own. Karena dekat
dengan keluarga Shaftesbury yang dimusuhi raja, bersama keluarga itu ia dibuang
ke negeri Belanda. Dalam pengasingan itu, Locke menulis bukunya An Essay concerning Human Understanding. Dalam
hal ini, pemerintah selalu mengawasi gerak-geriknya. Locke juga menulis
filsafat politik dalam The Second
Treatise of Goverment. Dalam buku itu, berbeda dengan Hobbes yang memihak
Absolutisme, John Locke menjadi juru bicara Liberalisme. Pengaruh Locke dalam
konstitusi Amerika Serikat sangat besar. Gagasan-gagasannya
dan dipelihara di Inggris dan
Amerika hingga dewasa ini.
2.3 Perkembangan Awal Liberalisme di Dunia
Dalam bukunya (the Wealth of Nations
1776) mengenai keuntungan untuk menghapus pembatasan-pembatasan dalam
perdagangan. Berdasarkan the New Lexicon Websters’s Dictionary of the English
Language, liberalisme berasal dari kata liberal yang bermakna menganggap baik
kebebasan individu, reformasi sosial, dan penghapusan atas
pembatasan-pembatasan dalam ekonomi. Dengan demikian, liberalisme telah
dipandang sebagai sebuah ideologi atau pandangan filsafat yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama dan menerapkan sistem
pasar yang bebas dan terbuka. Kebebasan individu dijamin melalui mekanisme
pasar. Lain halnya perspektif liberal dalam ekonomi, merupakan pandangan yang
mendorong kebebasan pasar dan minimalisasi peran negara. Oleh sebab itu,
perspektif liberal menempatkan individu sebagai fokus utama dalam ekonomi agar
dapat meningkatkan efisiensi dan memaksimalisasi keuntungan. Argumentasi ini
diperkuat dengan suatu premis yang sangat mendasar dalam perspektif liberal
bahwa konsumen perseorangan, perusahaan, atau rumah tangga merupakan basis dari
perekonomian masyarakat. Individu-individu dianggap rasional dan berusaha untuk
memaksimalisasi atau memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka dengan tingkat biaya
serendah-rendahnya.
Kaum liberalis memahami ekonomi
politik internasional sebagai suatu aplikasi teori dan metodologi ekonomi
internasional yang memisahkan interaksi antara ekonomi dan politik. Adanya
peran kuat dan aktif dalam mekanisme pasar telah memudarkan otoritas pemerintah
sebagai aktor utama negara. Ekonomi dan politik itu adalah dua arena yang
seharusnya dipisahkan dan masing-masing beroperasi menurut aturan-aturan serta
logika-logikanya sendiri. Karena orang-orang liberal percaya bahwa
faktor-faktor ekonomi merupakan determinan dari semua proses sosial, maka
menurut mereka fenomena ekonomi politik internasional dapat di jelaskan dengan
berbagai teori yang ada dalam ilmu ekonomi.
Peran dan Pengaruh Liberalisme Terhadap Perekonomian Dunia Dalam perkembangan ekonomi modern, perspektif
liberalisme mulai bercampur dengan asas-asas demokrasi yang pada akhirnya
memunculkan teori neoliberalisme yang dipelopori oleh Friedrich von Hayek (1899
–1992). Walaupun perkembangan neoliberalisme telah menduduki perekonomian
internasional, esensi-esensi historis liberal tetap menjadi pemegang kendali
kehidupan ekonomi politik saat ini. Mengutip pernyataan John Madison yang
berbunyi : “jika manusia adalah malaikat, maka pemerintahan dan demokrasi tidak
diperlukan”. Pernyataan tersebut mengingatkan sesuatu bahwa sebagai manusia
yang tidak sempurna secara utuh, maka kebebasan dan toleransi perlu dijunjung
tinggi. Sama halnya dengan ungkapan yang dikemukakan oleh Rizal Malarangeng :
”Kalau ingin mempengaruhi orang, gunakan akal pikiranmu, gunakan persuasi,
dalam sebuah konteks besar yang dinamakan free market of ideas. Hal itu pula
yang harus diterapkan dalam sosial, politik ekonomi, dan agama”
Jika ditilik dari perkembangannya
liberalisme secara umum memiliki dua aliran utama yang saling bersaing
dalam menggunakan sebutan liberal. Yang pertama adalah liberal klasik
atau early liberalism yang kemudian menjadi liberal ekonomi yang
menekankan pada kebebasan dalam usaha individu, dalam hak memiliki kekayaan,
dalam kebijakan ekonomi dan kebebasan melakukan kontrak serta menentang sistim welfare
state. Yang kedua adalah liberal sosial. Aliran ini
menekankan peran negara yang lebih besar untuk membela hak-hak individu (dalam
pengertian yang luas), seringkali dalam bentuk hukum anti-diskriminasi.
2.4 Relevansi Kekuatan Liberalisme Pada Era Sekarang ini
Dalam beberapa unsur apabila dilihat
dari segi konseptual, sosial, ekonomi dan politik, doktrin liberal saling
terkait dengan membentuk proses sejarah yang tunggal. Liberalisme terutama
berhubungan dengan citra-diri dan cita-cita kelas menengah yang baru muncul
pada abad ke-18 dan ke-19 berlaku sebagai kredo yang mereka gunakan untuk
menyingkirkan elite bangsawan dan pemilik tanah serta membangun lingkungan baru
yang sesuai dengan kebutuhan perdagangan, industri, dan profesi. Kredo ini
sudah jelas bagi teorotisi liberal “klasik” yang menulis perkembangan pada
periode tersebut. Mereka melihat masyarakat Inggris yang pertama kali mengalami
Revolusi Industri dan politik, telah memberikan model yang berusaha mereka
tiru. Meskipun hubungan antara etos liberal dan perkembangan sosial dan politik
Inggris sering dilihat secara tidak lengkap oleh para tokoh utama tradisi
liberal Inggris, seperti John Locke (1632-1704), J.S. Mill (1806-1873), pemikir
dari Scotlandia-terutama Adam Smith (1723-1790)-lebih menyadari serba
kemungkinan sejarahnya. Kaum liberal Eropa kontinental (Eropa Barat non
Inggris), jauh lebih mencermatinya, dan lebih sosiologis pada penulis seperti
Montesquiue (1689-1755) dan beberapa pemikir lainya.
Dari sudut pandang ini, cita-cita
liberal bukan hanya terbentuknya masyarakat yang terdiri dari orang-orang egois
yang mengejar kepentingannya sendiri, melainkan sekumpulan warga yang mandiri
dan bertanggung jawab, yang bekerja sama untuk mencapai kebaikan individu,
sosial, moral, dam material. Namun, persaingan yang sempurna dan cara kerja
mekanisme harga yang mulus berasumsi bahwa konsumen sepenuhnya memahami
kebutuhan mereka dan jasa yang ditawarkan untuk memenuhinya, dan mereka juga
sanggup merasakan permintaan mereka. Namun dalam kenyataannya, ukuran pasar,
pembagian kekayaan yang tidak adil, kontrol yang dijalankan oeh perusahaan
besar dan organisasi buruh atas supali barang, jasa, dan imformasi di wilayah
tertentu menunjukkan bahwa individu jarang memiliki pengetahuan semacam itu dan
hanya dapat mempengaruhi ekonomi secara sangat tidak sempurna, bahkan ketika
mereka memiliki pengetahuan itu. Faktor-faktor tersebut memperlihatkan bahwa
ternyata ekonomi pasar tidak melahirkan masyarakat kerja sama yang terdiri dari
individu yang berkembang bersama-sama, tetapi dunia yang berisi kelompok-kelompok
kepentingan yang saling berlawanan dan bertentangan.
Telah dikatakan bahwa setidaknya ada
dua paham yang relevan atau menyangkut Liberalisme Klasik. Dua paham itu adalah
paham mengenai Demokrasi dan Kapitalisme.
Demokrasi dan Kebebasan Dalam
pengertian Demokrasi, termuat nilai-nilai hak asasi manusia, karena demokrasi
dan Hak-hak asasi manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
antara yang satu dengan yang lainnya. Sebuah negara yang mengaku dirinya
demokratis mestilah mempraktekkan dengan konsisten mengenai penghormatan pada
hak-hak asasi manusia, karena demokrasi tanpa penghormatan terhadap hak-hak
asasi setiap anggota masyarakat, bukanlah demokrasi melainkan hanyalah fasisme
atau negara totalitarian yang menindas.
Jelaslah bahwa demokrasi
berlandaskan nilai hak kebebasan manusia. Kebebasan yang melandasi demokrasi
haruslah kebebasan yang positif – yang bertanggungjawab, dan bukan kebebasan
yang anarkhis. Kebebasan atau kemerdekaan di dalam demokrasi harus menopang dan
melindungi demokrasi itu dengan semua hak-hak asasi manusia yang terkandung di
dalamnya. Kemerdekaan dalam demokrasi mendukung dan memiliki kekuatan untuk
melindungi demokrasi dari ancaman-ancaman yang dapat menghancurkan demokrasi
itu sendiri. Demokrasi juga mengisyaratkan penghormatan yang setinggi-tingginya
pada kedaulatan Rakyat.
Kapitalisme dan Kebebasan Tatanan
ekonomi memainkan peranan rangkap dalam memajukan masyarakat yang bebas. Di
satu pihak, kebebasan dalam tatanan ekonomi itu sendiri merupakan komponen dari
kebebasan dalam arti luas ; jadi, kebebasan di bidang ekonomi itu sendiri
menjadi tujuan. Di pihak lain, kebebasan di bidang ekonomi adalah juga cara
yang sangat yang diperlukan untuk mencapai kebebasan politik. Pada dasarnya,
hanya ada dua cara untuk mengkoordinasikan aktivitas jutaan orang di bidang
ekonomi. Cara pertama ialah bimbingan terpusat yang melibatkan penggunaan
paksaan – tekniknya tentara dan negara dan negara totaliter yang modern. Cara
lain adalah kerjasama individual secara sukarela – tekniknya sebuah sistem
pasaran. Selama kebebasan untuk mengadakan sistem transaksi dipertahankan
secara efektif, maka ciri pokok dari usaha untuk mengatur aktivitas ekonomi
melalui sistem pasaran adalah bahwa ia mencegah campur tangan seseorang
terhadap orang lain. Jadi terbukti bahwa kapitalisme adalah salah satu
perwujudan dari kerangka pemikiran liberal.
BAB 3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Liberalisme pada awalnya muncul saat
dunia barat memasuki enlighment ages
atau abad pencerahan sekitas abad ke 16 sampai awal abad 19 yang mana pada saat
itu, mulai muncul industri dan perdagangan dalam skala besar yang berbasis
teknologi baru. Untuk mengelolala kedua hal tersebut muncullah
kebutuhan-kebutuhan baru seperti buruh yang bebas dalam jumlah banyak, ruang
gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi dan kekbebasan berkreasi. Namun
kebutuhan-kebutuhan ini terbentur oleh peraturan-peraturan yang dibuat masa
pemrintahan yang feodal. Maka golongan intelektualyang mengendepankan
rasionalitas memunculkan paham liberal. Golongan intelektual ini merasakan
keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan
keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru).
Jika ditilik dari perkembangannya
liberalisme secara umum memiliki dua aliran utama yang saling bersaing
dalam menggunakan sebutan liberal. Yang pertama adalah liberal klasik
atau early liberalism yang kemudian menjadi liberal ekonomi yang
menekankan pada kebebasan dalam usaha individu, dalam hak memiliki kekayaan,
dalam kebijakan ekonomi dan kebebasan melakukan kontrak serta menentang sistim welfare
state. Yang kedua adalah liberal sosial. Aliran ini
menekankan peran negara yang lebih besar untuk membela hak-hak individu (dalam
pengertian yang luas), seringkali dalam bentuk hukum anti-diskriminasi.
Daftar Pustaka
Ahmad Suhelmi. Pemikiran Politik
Barat. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2007)
Miriam Budiardjo (penyunting).
Simposium Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi (Jakarta : PT Gramedia, 1984)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar