Sabtu, 24 Mei 2014

perbudakan di amerika

BAB I. PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang

Kedatangan koloni-koloni Inggris ke Amerika pada awalnya disebabkan karena kecintaan mereka akan kemerdekaan. Mereka pindah ke Amerika pada dasarnya ingin meninggalkan peraturan-peraturan keaagamaan, pemerintahan dan kebebasan ekonomi yang selama ini terkekang. Alasan politik yang yang melatarbelakangi kedatangan orang Inggris adalah karena terjadinya kehidupan yang tidak stabil akibat dari tekanan pemerintah Inggris, alasan ekonomi adalah alasan paling kuat bagi orang Inggris untuk pergi mendirikan koloni di amerika sebagai tempat tinggal baru. Setelah orang-orang Inggris datang ke Amerika dan mendirikan koloni , maka diperlukan tenaga kerja yang murah dan ulet di bidang perkebunan. Tenaga kerja dari Inggris jumlahnya terbatas sehingga mereka memutuskan untuk mengambil orang-orang negro Afrika sebagai tenaga kasar di perkebunan dan dijadikan sebagai budak.
Perdagangan budak yang dilakukan inggris yang meakukan hubungan ddengan penguasa dan penduduk pribumui afrika yang memperjualbelkan budak untuk ditukar dengan persenjataan, texti ataupun anggur, yang kemudian budak hasi perdagangan dengan penguasa afrika tersebut dipekerjakan di amerika untuk mengerjakan pekerjaan perkebunan dan pertanian yang membutuhkan tenaga lebih besar. Dimana di afrika barat ini penduduk bekerja dari hasil pertanian, disamping menangkap ikan dan berburu. Hasil pertanian diwilayah afrika barat ini biasanya gandum, kapas, padi dan ketela. Kerajaan yang berdiri pada masa itu adalah kerajaan shonghai, ghana, wangdhudhu, hausa dan mandingu, yang nantinya dikenal dengan nama ghana.  Dari kerjaan ini dapat diambil sebuah fakta bahea setiap penguasa mempunyai budak-budak, seperti hasil dari tawanan perang yang telah di jadikan sebagai hak milik negara atau kerajaan, budak tersebut difungsikan sebagai pekerja tanah pertanian dan perkebunan.

1.2    Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah latar belakang perbudakan yang ada di amerika serikat?
2.      Bagaimanakah perbudakan yang ada di amerika serikat?
3.      Bagaimanakah praktik perbudakan di Amerika Serikat?
4.      Bagaimana Bentuk-bentuk perbudakan di Amerika Serikat?
5.      Bagaimana perbudakan sebagai lembaga sosial?
6.      Bagaimana pemberontakan budak yang terjadi di Amerika Serikat?


1.3  Tujuan

1.      Dapat mengetahui latar belakang perbudakan yang ada di amerika serikat.
2.      Mengetahui perbudakan yang ada di amerika serikat.
3.      Mengetahui dan memahami praktik perbudakan di Amerika Serikat.
4.      Memahami Bentuk-bentuk perbudakan di Amerika Serikat.
5.      Mengerti tentang perbudakan sebagai lembaga social.
6.      Mengetagui bagaimana pemberontakan budak yang terjadi di Amerika Serikat?












BAB 2. PEMBAHASAN


2.1 Latar Belakang Perbudakan di Amerika
            Pada awalnya perbudakan orang kulit putih terhadap orang – orang negro serta prakrik-praktiknya telah berlangsung sejak zaman kuno. Dimana praktik tersebut dilakukan oleh orang mesir terhadap orang negro di afrika. Budak tersebut digunakan tenaganya didaerah pertanian dan di tempat kuil-kuil.
            Perbudakan merupakan suatu lembaga sosial, dimana seluruh hak dan sifat dasar kemunausiaannya dikuasai mutlak oleh tuannya. Baik fisik maupun hak kemanusiaan telah beralih kepada penguasaan mutlak pemiliknya. Kemudian makna budak itu sendiri adalah oarang yang dianggap dan disamakan dengan barang milik, hak kemanusiaan sebagai hak dasar yang bersifat kodrati telah dirampas oleh orang lain (pemiliknya). Banyak faktor yang menyebabkan seorang harus menjalani hidup sebagai seorang budak, anatar lain faktor ditawan karena kalah dalam suatu peperangan, dijual atau dilahirkan oleh orang tua yang berstatus sebagai budak dan juga berhutng kemudian tidak mampu melunasinya.
            Perbudakan yang terjadi diamerika selatan dianggap sebagai lembaga legal, ini juga diperkuat dengan undang-undang mengenai perbudakan, yang telah diatur bersama oleh negara bagian yang dinamakan the black codes. Didalam masyarakat pertanian terutama didaerah bagian amerika sebelah selatan yang banyak bermata pencaharian sebgai masyarakat perkebunan dan pertanian sangat membutuhkan jasa budak untuk diperkerjakan sebagai alat produksi, yang tujuannya tidak lain adalah memperoleh keuntungan yang seluas-luasnya. Dengan keadaan tanpa kebebasan ini para budak juga mendapat perlakuan yang kejam dan sewenang-wenang dari majikannya, bisa dibayangkan kehidupan budak pertanian dan perkebunan saat itu sangat tragis dan menderita.
            Pada awalnya budak yang dipekerjakan di amerika bagian seltan berasal dari afrika barat. Dimana di afrika barat ini penduduk bekerja dari hasil pertanian, disamping menangkap ikan dan berburu. Hasil pertanian diwilayah afrika barat ini biasanya gandum, kapas, padi dan ketela. Kerajaan yang berdiri pada masa itu adalah kerajaan shonghai, ghana, wangdhudhu, hausa dan mandingu, yang nantinya dikenal dengan nama ghana. Dari kerjaan ini dapat diambil sebuah fakta bahea setiap penguasa mempunyai budak-budak, seperti hasil dari tawanan perang yang telah di jadikan sebagai hak milik negara atau kerajaan, budak tersebut difungsikan sebagai pekerja tanah pertanian dan perkebunan.
            Dalam perbudakan pada masa ini, budak dianggap sebagai kekyaaan utama dari suatu bangsa atau kerajaan, anak-anak para budak ini tidak boleh dijual, melainkan ditampung dan dipelihara sebagai hak milik keluarga. Meskipun pada saatnya nanti anak budak menggantikan orangtuanya tetapi kebebasan diberikan kepada anak budak tersebut. Berbicara mengenai awal dari perdagangan budak di afrika barat, terdapat beberapa tafsiran, ada yang mengatakan awal perdagangan budak di afrika barat terjadi didaerah angola, kongo, dan guinea, yang selanjutnya meluas ke sudan barat. Kemudian ada juga yang mengatakan perdagangan budak di afrika barat berasal dari daerah-daerah pedalaman yang jauh. Yang terakhir ada juga pendapat yang mengatakan awal perbudakan di afrika berawal dari perdagangan budak di guinea tepatnya terletak di pantai afrika barat.
            Perkembangan perbudakan denagan skala luas atau jaringan internasional, mulai berkembang sejak ditemukannya benua amerika awal abad ke 16, yaitu orang-orang asing seperti spanyol dan portugis menjalin hubungan dagang dengan penduduk pribumi, mereka mendirikan benteng-benteng dan pos-pos perdagangan. Terjadi hubungan perdagangan antara raja-raja negro di afrika barat dengan para pedagang portugis dan spanyol, selain itu juga berkembang dan meluasnya agam kristen ke wilayah tersebut. Keadaan semakin lama semakin berkembang pesat maka sekitar abad ke 17 banyak berdiri tempat perdagangan disepanjang pantai afrika barat. Selain bangsa spanyol dan portugis, bangsa inggris, belanda serta prancis mulai menjalin hubungan perdagangan dengan penduduk atau raja di afrika barat. Kemudian ditahun 1595 bangsa belanda berhasil menguasai perdagangan budak didaerah pantai guinea. Pada akhirya banyak para budak yang diangkut oleh kapal-kapal belanda dan dikirim ke brazilia utara.
            Ditahun 1562, orang-orang inggris yang dipimpin oleh sir jhon howkins mulai tertarik melakukan hubungan dagang budak di afrika barat, pada awalnya mereka bermaksud mencari logam, namun akhirnya mereka lebih tertarik pada perdagangan budak.  Sekitar abad ke 18 inggris mendirikan koloni-koloninya diwilayah afrika barat terutama di sepanjang pantai guinies.
            Tahun 1672, inggris mendirikan organisasi dagang di afrika barat  yang bernama the royal african company. Para budak yang dibawa ke kapal-kapal inggris ditukar dengan hasil-hasil textil, anggur, senjata dan kebutuhan-kebutuhan lain yang sangat diperlukan oleh para raja atau penguasa-penguasa pribumi diwilayah afrika barat. Kemudian bangsa eropa terakhir yang melakukan perdagangan budak adalah perancis, yaitu di daerah senegal pada 1662. Budak yang diangkut kapal perancis dikirim di santo domingo di kepulauan haiti.
            Masalah pengangkutan budak ternyata banyak menimbulkan berbagai masalah dan kesulitan, ini dikarenakan sering terjadi perlawanan dari para budak, banyak menderita sakit yang kemungkinan disebabkan oleh lamanya perjalanan, perbedaan iklim, makanan yang tidak teratur, dan penderitaan fisik yang disebabkan oleh perlakuan kejam dari para pemiliknya.
2.2  Perbudakan di Amerika Serikat
           Impor  budak ke wilayah Amerika Serikat bagian selatan dimulai pada 31 Agustus 1696 oleh John Rolfe, seorang bangsa belanda yang telah menjual sebanyak 20 orang Negro ke Virginia. Pada masa itu wilayah Virginia masih merupakan koloni inggris. Orang-orang negro pertama di bawa ke wilayah tersebut, dipekerjakan sebagai pelayanan dalam rumah tangga tuannya.
           Wilayah Amerika serikat bagian selatan di masa periode colonial inggris terbentang dari daerah  Maryland sampai Georgia, mempunyai penghasilan pokok beberapa hasil pertanian dan perkebunan, yang merupakan sumber penghasilan utama  dari koloni inggris itu. Berbagai hasil industri di inggris ditukar dengan hasil perkebunan di daerah koloninya. Untuk mengusahakan jenis tanaman  tembakau, koloni-koloni mulai menggunakan tenaga-tenaga budak.
           Latar belakang perbudakan di Amerika Serikat bagian selatan, sesungguhnya sangat berkaitan dengan kondisi geografisnya, khususnya dari keadaan ekologinya. Yang kita maksud dengan ekologi adalah suatu cabang dari pengetahuan biologi yang mempelajari hubungan antara organisme yang lain dan dengan lingkungan alamnya. Dalam suatu daerah yang memiliki tanah subur memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis tanaman perkebunannya seperti : tebu, nila, kapas, gandum, dan juga tembakau, yang sesuai dengan lingkungan alamnya. Hal ini ternyata dapat mendorong terjadinya perbudakan di daerah pertanian perkebunan di selatan karena sangat diperlukan tenaga-tenaga budak.
           Hal-hal yang mendorong para kolonis Amerika Serikat  bagian selatan untuk menggunakan tenaga-tenaga kulit hitam (baca tenaga negro) ialah adanya problem  tenaga kerja di berbagai daerah perkebunan. Orang-orang kulit putih gagal menggunakan tenaga kerja dari penduduk asli suku inidian yang sudah biasa hidup bebas dan merdeka di tanah-tanah perkebunan. Pemakaian tenaga kerja kulit putih di perkebunan0perkebunan tidak efektif, karena di samping tidak tahan terhadap iklim panas juga harga tenaganya  sangat mahal. Tenaga-tenaga budak di perkebunan sangat efektif, karena lebih  produktif dan sangat murah.
           Perbudakan sebagai lembaga social, mula-mula tumbuh di daerah  Virginia, kemudian terbesar ke wilayah-wilayah lain. Pada 1625, terjalin hubungan perdagangan antara Virginia London Company dengan pihak kerajaan, menyangkut masalah hasil pertanian dan perkebunan. Organisasi perdagangan swasta di Virginia pada masa colonial juga menyalurkan kebutuhan tenaga kerja budak keberbagai daerah koloni. Selama abad ke-17 dan ke-18, sebagian besar orang-orang negro yang diimpor dari Afrika barat dipekerjakan dalam perkebunan tembakau, nila, dan padi. Sumber penghasilan utama bagi wilayah Amerika Serikat bagian selatan adalah dari hasil pertanian perkebunan. Oleh karena itu, tenga kerja budak sebagai alat produksi harus dipertahankan.


2.3 Praktik Perbudakan
           Perbudakan yang terjadi di wilayah Amerika Serikat bagian selatan, merupakan lembaga social dimana para budak terikat oleh sejumlah peraturan yang dipaksakan kepadanya dan harus ditaati olehnya praktik-praktik perbudakan menunjukan adanya suatu eksploitasi  sesama umat manusia. Budak-budak dianggap sebagai barang milik yang dikuasi sepenuhnya oleh para pemiliknya, sehingga  mudah didapat diperjualbelikan. Perbudakan sebagai suatu lembaga social diatur dan dilindungi oleh undang-undang dari Negara-negara bagian wilayah selatan.
2.4 Bentuk – Bentuk Perbudakan
           Sistem perbudakan yang terdapat di Amerika Serikat bagian selatan ternyata mempunyai kekhususan yang berbeda dengan system perbudakan di Amerika Latin dan di Hindia Barat. System perbudakan di Amerika Latin menunjukan bahwa para pemilik budak masih memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan terhadap budak-budaknya. Para pemilik budak tak cenderung untuk mengembangkan dan menggunakan lembaga budak secara intensif. Kaum pengusaha perkebunan tidak bermaksut untuk mengekploitasi tenaga-tenaga budak hingga dapat mengakibatkan hancurnya kehidupan dan kesehatan para budak.
           Warga kulit putih di selatan menganggap bahwa budak merupakan hak milik sah yang sebagian besar dipelihara oleh para pengusaha perkebunan. Pemerintah federal tidak berwenang menyisihkan sitim perbudakan yang terjadi di berbagai daerah. Hal ini sebenarnya sebagai kelanjutan dari warisan era colonial tanpa pengawasan dari pemerintah inggris.
           Beberapa tokoh negarawan di selatan berhasil memasukkan peraturan-peraturan yang disusun oleh kongres, berisi ketentuan-ketentuan mengenai pelarian  budak-budak negro di suatu dari suatu Negara bagian ke Negara bagian yang lain harus dikembalikan pada pemiliknya. Peraturan tersebut terkenal dengan nama Fugitive Slave Law, yang mulai disusun pada 1 februari 1973. Dengan demikian ketentuan-ketentuan mengenai pelarian-pelarian budak yang pada  umumnya menuju ke wilayah utara harus dikembalikan pada pihak selatan.
            Di dalam lembaga perbudakan semua peraturan yang mengatur hubungan antara tuan dan budak dimuat dalam peraturan hukum yang disebut The Black Codes. Peraturan-peraturan tersebut dilegalisir oleh Negara-negara bagian di selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Isi dari the Black Codes di antaranya adalah melindungi hak milik budak, mengawasi setiap kemungkinan timbulnya gerakan-gerakan negro yang dapat membahayakan kdudukan para pemilinya. Para budak di larang mengadakan perjanjian dengan siapa pun. Seorang budak tidak diperbolehkan melakukan suatu kekerasan terhadap seorang kulit putih. Sebaliknya, pembunuhan yang dilakukan oleh warga kulit putih terhadap seorang budak tidaklah dianggap sebagai suatu perbuatan criminal.
            Hukuman yang paling ringan bagi para budak yang melanggar ketentuan dalam TheBlack Codes, ialah diperkejakan kembali di tempat pekerjaan yang berat. Dapat terjadi pada salah satu anggota tubuh budak terdapat bekas-bekas siksaan yang menandakan bahwa ia pernah melanggar peraturan tersebut. Hukuman yang terberat misalnya dilakukan oleh komplomen-komplomen budak yang berusaha untuk melakukan pemberontakan harus mengalami hukuman mati di tiang gantungan.
            Pada masa wilayah Amerika Serikat bagian selatan masih merupakan koloni inggris, sebenarnya sudah ada peraturan-peraturan yang  mirip dengan peraturan yang melarang orang negro memiliki senjata api. Mereka yang melakukan patroli-patroli  di daerah perkebunan diberi  wewenang oleh membahayakan keamanan. Pembunuhan, pencurian, pembakaran, melarikan diri, kesemuanya itu merupakan kejahatan berat. Pipi kanan budak-budak yang melakukan kejahatan ringan seperti mencuri babi dan anak-anak ayam, dicap dengan sepotong besi panas yang bertuliskan huruf “R”.


2.5 Perbudakan Sebagai Lembaga Sosial
            Masyarakat  negro pada masa perbudakan dapat dikategorisasikan dalam dua kelompok : (1) orang-orang negro bebas, (2) orang-orang negro budak, baik yang bekerja sebagai pelayanan-pelayan rumah tangga maupun budak-budak yang bekerja di tempat-tempat pertanian perkebunan. Kelompok orang negro bebas dahulunya berasal dari para budak yang bekerja sebagai pelayan rumah tangga yang merasa dirinya memiliki kehidupan social yang lebih baik jika dibanding dengan budak-budak pertanian perkebunan. Selain itu, kelompok negro bebas dapat berasal dari hubungan gelap anatara budak budak wanita dengan laki-laki orang kulit putih yang biasanya adalah tuannya sendiri. Anak keturunannya disebut golongan mulatto. Anak-anak yang di lahirkan dari hasil perkawinan orang-orang mulatto bebas dengan orang-orang kulit putih juga dapat menjadi orang negro bebas.
Para budak yang dapat membeli kebebasan sendiri dari tuannya dapat dinyatakan sebagai negro bebas. Para budak yang berhasil melarikan diri dari tuannya, biasanya ke wilayah utara, dapat dikatakan pula sebagai orang-orang negro bebas. Keadaan social ekonomi orang-orang negro bebas berbeda dengan mereka yang berstatus budak. Di wilayah selatan kondisi ekonomi orang-orang negro bebas berada antara satu dengan yang lainnya. Kelompok orang-orang negro bebas yang berdiam dipedesaan mempunyai kondisi social ekonomi yang cukup. Banyak diantaranya menjadi petani. Sedang diantara orang-oarng negro yang bebas yang hidup dikota, ada yang bekerja sebagai ahli mesin, tukang kayu, panadai besi, menjadu sais, dan sebagainya.
Perlu kita ketahui, bahwa sejak para budak impor dari Afrika barat dipilih dan dikelompokkan berdasar atas perbedaan suku bangsa. Para pedagang budak yang telah lama berpengalaman mengimporbudak dari Afrika barat itu pada umunnya mengetahui perbedaan kultur diantara para budak itu sendiri. Hal ini perlu untuk mengetahui para budak dari suku-suku bangsa manakah yang lebih sesuai untuk dipekerjakan ditanah-tanah pertanian perkebunan dan ditempat-tempat yang lain. Para  budak dari suku bangsa congo misalnya, mempunyai wajah tampan dan sifat penurut, tenaganya dapat digunakan sebagai budak-budak rumah tangga maupun budak-budak perkebunan. Budak-budak dari daerah Guinea mempunyai fisiktinggi dan besar serta bersifat kejam. Apabila pemilik perkebunan mempekerjakan mereka sebagai budak-budak rumah tangga dapat berbahaya, lebih sesuai dipekerjakan didaerah-daerah pertanian perkebunan. Budak-budak dari suku bangsa Eboes diwilayah Gaboon, dikenal sebagai budak yang suka bergolak dank eras kepala. Apabila hendak digunakan sebagai budak-budak perkebunan kurang efisien karena keadaan fisiknya lemah.
Dilingkungan kehidupan keluarga para pengusaha perkebunan, terdapat hubungan social yang erat antara tuan tanah dan budak rumah tangga. Sebagian besar para budak rumah tangga amat setia dan berdisiplin terhadap tuannnya. Mereka yang diberikan kekuasaan dan kepercayaan dari tuannya sering memerintah budak-budak lain sesame bangsanya. Sering terjadi para budak rumah tangga tidak merasa dirinya berkedudukan sebagai budak.
Para budak tak dapat melindungi para anggota keluarganya sendiri dari segala gangguan yang timbul dari luar khususnya oleh para kulit putih. Budak-budak wanita yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri terhadap keinginan pemuasan seksual dari tuannya. Istri budak juga tidak dapat menjamin anaknya. Dari segala gangguan orang-orang kulit putih. Apabila terjadi suatu penyelewengan seks yang dilakukan oleh sesame budak, maka budak-budak wanita, istri-istri budak dapat meminta perlindungan pada tuannya. Jadi wanita-wanita budak hanya dapat memperoleh perlindungan dirinya apabila timbul ganggian-gangguan yang berasal dari sesama budak. Tempat kediaman para budak perkebunan berupa gubug-gubug kecil yang biasanya terletak disekitar tiga mil jauhnya dari tempat-tempat perkebunan. Sedangkan jarak antara gubug-gubug budak perkebunan dengan tempat tinggal tuannya sekitar delapan mil jauhnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan budak-budak itu bekerja ditempat-tempat perkebunan, disamping itu dapat menjauhkan perhubungan dengan orang-orang negro bebas yang besar kemungkinannya akan berpengaruh para budak untuk bersekongkol.
Keadaan gubug-gubug itu amat  menyedihkan, tidak terurus, kotor  dan gelap. Gubug-gubug tersebut pada umumnya hanya memiliki sebuah kamar, sering diisi penuh sesak oleh budak-budak, tak memiliki suatu ventilasi yang cukup untuk pergantian udara serta tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Maka tidak mengherankan apabila diantara mereka banyak yang menderita penyakit tuberculosis dan cacar.  Dalam mengawasi segala kegiatan para budak perkebunan, ditempat-tempat gubug itu didirikan pos-pos penjagaan. Setiap 1-4 minggu sekali dilakukan patroli-patroli keamanan oleh para penguasa perkebunan yang dibantu oleh para mandornya. Dapat dikatakan bahwa tempat tinggal para budak perkebunan tidak lebih daripada perumahan orang-orang yang masih primitive.

2.6 Pemberontakan Budak
            Terjadi suatu pemberontakan budak pada hakikatnya tak lepas dari keadaan lingkungan sosial yang sangat menekan kehidupannya yang disebabkan oleh berbagai tindakan dari pemiliknya.disorganisasi keluarga dalam masyarakat budak merupakan sumber utama timbulnya pemberontakan. Hal itu berkaitan dengan faktor-faktor tidak puas dan putus asa dari kelompok budak,terjadinya berbagai insiden dan mengenai simbol. Perasaan tidak puas dari para budak itu karena ascribed stastus, Yaitu status yang bibebankan oleh pemaksaan dan pembenahan dalam hirarki sosial yang berlaku dalam lingkungan kulit putih di selatan yang menggangap bahwa budak berstatus sebagai hak milik. Penerapan peraturan yang tercantum dalam  The black codes sangat menekan perasaan para budak. Situasi psikologis yang menegangkan diciptakan oleh para tuan dengan memperlakukan budak-budaknya secara kejam dan menakutkan. Budak-budak yang sering mengalami tekanan jiwa akibat perlakuan kejam dari para tuannya.
Pemberontakan budak di Amerika Serikat sebenarnya telah terjadi sejak wilayah tersebut dikuasai oleh kolonial Inggris. Pemberontakan budak mula pertama terjadi di South Carolina pada November, 1526. Adapun pemberontakan budak yang dianggap penting pada era kolonial Inggris di Amerika Serikat terjadi di wilayah Virginia pada September,1663.
Selama era kolonial Inggris sampai berakhirnya perang saudara di Amerika Serikat (1607-1865),telah terjadi 115 kali pemberontakan budak yang terjadi di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Sebagian besar terjadi di Selatan. Sejak wilayah Utara melarang adanya perbudakan pada tahun 1804, maka pada tahun itu pula tidak pernah terjadi pemberontakan-pemberontakan budak.
Selama periode 1800-1864, telah terjadi 54 kali pemberontakan budak yang kesemuanya terdapat di wilayah Selatan. Memperhatikan tempat terjadinya pemberontakan budak,daerah Virginia merupakan tempat yang terbanyak terjadinya pemberontakan. Sebanyak 20 kali selama periode 1800-1864, yang lain tersebar di berbagai wilayah. Nantinya, dalam perang saudara di Amerika Serikat (1861-1865), Virginia merupakan ibukota dari negara konfederasi.
Dalam membahas sekilas sekitar pemberontakan budak pada periode 1800-1864, penulis hanya memfokuskan pada tiga peristiwa yang dianggap sangat penting selama terjadinya pemberontakan. Tiga peristiwa penting dalam pemberontakan budak itu : (1) terjadi pada 1800, di Virginia, dipimpin oleh Gabriel Prosser; (2) pada 1822,terjadi pemberontakan budak di South Carolina di bawah pimpinan Denmark Vesey; (3) pada 1831, pemberontakan budak terjadi di Virginia di bawah Nat Turner dan juga terdapat di berbagai wilayah. Terdapat suatu keunikan dalam mempelajari tokoh pemimpin budak dalam menggerakkan suatu pemberontakan. Keunikan itu nampak bahwa pemimpin budak pada umumnya berasal dari budak rumah tangga yang kemudian ia memperoleh kebebasan dan kemerdekaannya tak lagi berstatus budak. Pada budak rumah tangga yang melakukan suatu pemberontakan dapat digagalkan, antara lain, rahasia pemberontakan diketahui oleh para budak rumah tangga yang kemudian segera memberitahukan rencana pemberontakan kepada tuannya. Jadi, dalam masalah sosok budak rumah tangga, ia berpeluang menjadi pemimpin pemberontakan, namun juga dapat berkhianat menggagalkan rencana pemberontakan. Berikut ini secara garis besar akan dikemukakan peristiwa ketiga pemberontakan budak yang terjadi pada 1800,1822,dan 1831.
Gabriel Posser adalah budak rumah tangga yang bekerja sebagai sains dari seorang pengusaha perkebunan di daerah Virgimia, bernama Thomas Prosser. Ia seorang pengikut kristiani yang amat tekun mempelajari ajaran Injil. Ia mulai tergugah hatinya ingin membantu perjuangan bangsanya membebaskan dari belengu perbudakan. Setelah beberapa tahun mengabdi pada tuannya, kemudian ia memperoleh kemerdekaannya sebagai seorang negro bebas. Perjuangan Gabriel Prosser  di dalam menentang perbudakan didasarkan pada konsep-konsep agama dan rasional. Dalam menentang perbudakan is mengartikulasi konsep injil dengan interpretasi persaudaraan universal. Terdapat dua orang kulit putih yang ikut mebantu perjuanagan budak, mereka berusaha mencari bantuan persenjataan dan bahan peledak untuk melakukan pemberontakan. Gabriel Prosser merencanakan suatu pemberontakan di daerah pedesaan Henrico, di Kota Richond, Virginia, pada1 September,1800. Ia membagi seluruh pengikutnya yang berjumlah 1100 budak dalam tiga kelompok besar. Sebagai langkah pertama, kota harus dikuasai, mereka harus berhasil merebut gudang senjata yang berada di kota Richmond.apabila kelompok yang di tugasi berhasil merebut gudang senjata, terlebih dahulu menyergap para penjaganya.
Sebelum Gabriel Prosser mulai merencanakan penyeranagan  kota Richmond, rahasia pemberontakan telah bocor karena penghianatan yang dilakukan oleh dua orang budak rumah tangga.kedua penghianat tersebut melaporkan rencana pemberontakan yang akan dilakukan oleh Gabriel Prosser kepada pemerintah negara bagian Virginia. Maka, dengan segera pemerintah negara bagian Virginia segera menggerakkan tentaranya sebanyak 600 orang untuk mencegah pemberontakan serta melindungi kota Richmond. Pemberontakan Gabriel Prosser dengan cepat dapat dihancurkan, sebanyak 30 orang pengikutnya telah menjadi korban. Komplotan Gabriel Prosser telah gagal akibat penghianatan yang dilakukan oleh dua orang budak rumah tangga. Ia sendiri di tawan pada 25 September 1800, kemudian di kirim ke kota Richmond. Gubernur Virginia berusaha untuk mengkorek informasi seputar rencana pemberontakan yang dilakukan oleh Gabriel Prosser, namun gubernur tersebut gagal memperoleh informasi yang dianggap penting. Ia tidak mau mengaku dengan siapa saja pemberontakan itu dilakukan. Akhirnya, Gabriel Prosser dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan pada 7 Oktober, 1800. Setelah pemberontakan Gabriel Prosser dapat digagalkan oleh gubernur  James Monroe, segera melaporkan pada pemerintah Thomas Jefferson, bahwa pemberontakan tersebut berhasil dihancurkan.
            Pemberontakan yang lain dilakukan oleh Denmark Vesey di negara bagian Shout Carolina pada 1822.seperti halnya Gabriel Prosser, Vesey berasal dari budak rumah tangga. Perjuanagan Denmark Vesey dalam menentang perbudakan terpengaruh oleh konsep pemikiran Gabriel Prosser. Ia juga memberi konsep agama dan idedari revolusi perancis. Denmark Vesey menanamkan agama dan ide-ide dari revolusi Perancis. Vesey menanamkan pengaruhnya terhadap para anggotanya, bahwa Tuhan telah menciptakan semua umat manusia memiliki hak-hak yang sama. Rasa ketidakpuasan bersumber dari pengetrapan the black codes. Disamping itu, ia mendapat dukungan dari para pemimpin Greja Metodhist yang anggotany aterdiri dari orang-orang negro. Berdasarkan pengalaman yang ada, gagalnya pemberontakan budak karena adanya penghianatan dari budak rumah tangga, maka, vessey merencanakan pemberontakan yang akan dilakukannya harus hati-hati jangan sampai bocor. Ia menetapkan bahwa pemberontakan akan dimulai pada minggu kedu, Juli, 1822. Ia berusaha  mencari bala bantuan orang-orang negro di derah Santo Domingo, sama seperti yang pernah dilakukan oleh Gabriel Prosser. Bala bantuan yang diharpkan Vessey, kenyataanyya menjadi terpencar sehingga sulit dikoordinasi, mengingat jarak tempuh dari daerah Charleston dengan Santo Domingo, terlalu jauh, 80 mil jaraknya. Rencana Vessey ternyata juga telah dihianati oleh seorang budak yang telah mendapat kepercayaan darinya. Budak itu bernama Devany, seorang pelayan rumah tangga yang bekerja sebagai kusir gerobakpada bekas kolonel Prioleau. Devany mendapat uang sebanyak $ 1.000 dan juga memperoleh kebebasan dari tuannya. Akibat kegagalan pemberontakan Vessey, 139  orang ditahan, 47 orang dimasukkan dalam penjara termasuk 4 orang kulit putih, yang dituduh ikut membantu dan melindungi para budak. Sebanyak 35 budak pengikut Vessey menjalani hukuman mati.pembeontakan Vessey ditaksir mempunyai pengikut lebih dari 9.000 orang. Denmark Vesey akhirnya harus menjalani hukuman mati di tiang gantungan. Ia tetap menolak untuk mencantumkan nama dari orang-orang yang ikut di dalam komplotannya.
            Mengenai pemberontakan yang dlakukan oleh Nat Turner pada 1831,di Virginia, dapat di kisahkan sebagai berikut : Nat Turner adalah seorang pendeta sangat tekun mempelajari isi injil,sering memberi khotbah dan membabtis para budak. Ia adalah seorang pendeta yang sangat fanatik, menggunakan konsep supra irasional dalam usahanya membebaskan para budak. Kondisi masyarakat yang tidak menentu dengan harapan dan kecemasan,maka, mereka akan mengharapkan munculnya seorang pemimpin yang bermukjizat atau istilahnya sebagai the miracle man, rakyat menaruh kepercayaannya agar perasaan-perasaan tidak puas, frustasi,dan putus asa dapat segera berakhir, kemudian mengharapkan kemakmuran atau kesejahteraan sosial. Para pengikutnya yakin, bahwa melalui kepercayaan Kristus mereka akan mendapatkan kebebassan dan kemerdekaan bagi umatnya. Kefanatikan Nat Turner dipertebal oleh kegemaran mengolah hal-hal yang bersifat mistik sehingga akan dapat diketahui ideologi apakah yang akan digunakan sebagai konsep perjuangannya dalam membebaskan perbudakan. Dapat dikatakan bahwa ia berideologi yang messianistis. Artinya, di dalam situasi sosial yang kacau manusia sudah tidak berdaya lagi mengatasi dengan hal-hal yang rasional seperti yang dikerjakan oleh Nat Turner. Oleh karena itu, pemberontakan yang dilakukannya tidak direncanakan cermat dan teliti. Tentu saja, seorang pemimpin pemberontakan yang fanatik dengan sendirinya akan menlaksanakan perannya tak dipertimbangkan dengan masak-masak dan tidak waspada. Nat Turner masih terkesan mengenai rencana penyerangan yang telah mengalami kegagalan akibat terjadinya suatu penghianatan. Maka, Nat Turner tidak akan mudah mempercayai seseorang untuk mengatakan rencana pemberontakan. Ia akan bertindak sendiri memimpin penyerangan. Semula ia menetapkan tanggal 4 Juli 1831, sebagai permulaan untuk melakukan pemberontakan di pedesaan Southamton; tetapi ia menderita sakit sehingga rencana pemberontakan ditangguhkan. Nat Turner memulai pemberontakannya baru pada 21 Agustus 1831. Perlu diketahui, bahwa di dalam pemberontakan tersebut tidak terdapat penghianatan-penghianatan yang dilakukan oleh budak rumah tangga. Sebagai langkah pertama, ia beserta para pengikutnya merusak dan membakar tanah-tanah perkebunan. Ia mengharap agar selekasnya mendapat bantuan dari para budak  rumah tangga.  Nat Turner beserta para pengkutnya telah melakukan pemberontakan kejam terhadap tuannya, Joseph Travis beserta keluarganya. Angin peberontakan lekas meniup ke daerah Southampton.
Nat Turner mendapat sebutan sebagai “Bandit Besar” di kalangan masyarakat kulit putih di Virginia, sebab mereka melakukan pembunuhan kejam terhadap Joseph Travis beserta keluarganya dan juga sejumlah orang-orang kulit putih lain di daerah Southampton. Orang-orang kulit putih yang telah dibunuh dalam pemberontakan itu kesemuanya berjumlah 60 orang. Pada masa berkobarnya pemberontakan itu, seluruh pendeta negro di Virginia diperiksa oleh pemerintah, sebab pemimpin pemberontakan adalah berasal dari seorang pendeta. Sebagai tindak balasan dari waarga kulit putih para budak yang diduga terlibat dalam pemberontakan dibinasakan, sedang 13 orang budak yang lain dijatuhi hukuman gantung. Selama enam minggu, Nat Turner bersembunyi didaerah pegunungan di Southampton., tetapi akhirnya ia beserta para pengikutnya berhasil ditangkap 30 Oktober 1831. Ia menjalani hukuman mati pada 11 Nopember 1831. Pemberontakan yang dipimpin oleh Nat Turner berakhir pada 13 Oktober, 1831, dan berumur tidak lebih dari dua bulan.












BAB 3. PENUTUP



3.l Kesimpulan

             Pada awalnya perbudakan orang kulit putih terhadap orang – orang negro serta prakrik-praktiknya telah berlangsung sejak zaman kuno. Dimana praktik tersebut dilakukan oleh orang mesir terhadap orang negro di afrika. Budak tersebut digunakan tenaganya didaerah pertanian dan di tempat kuil-kuil.
            Pada awalnya budak yang dipekerjakan di amerika bagian seltan berasal dari afrika barat. Dimana di afrika barat ini penduduk bekerja dari hasil pertanian, disamping menangkap ikan dan berburu. Hasil pertanian diwilayah afrika barat ini biasanya gandum, kapas, padi dan ketela. Kerajaan yang berdiri pada masa itu adalah kerajaan shonghai, ghana, wangdhudhu, hausa dan mandingu, yang nantinya dikenal dengan nama ghana. Dari kerjaan ini dapat diambil sebuah fakta bahea setiap penguasa mempunyai budak-budak, seperti hasil dari tawanan perang yang telah di jadikan sebagai hak milik negara atau kerajaan, budak tersebut difungsikan sebagai pekerja tanah pertanian dan perkebunan.
Pemberontakan budak di Amerika Serikat sebenarnya telah terjadi sejak wilayah tersebut dikuasai oleh kolonial Inggris. Pemberontakan budak mula pertama terjadi di South Carolina pada November, 1526. Adapun pemberontakan budak yang dianggap penting pada era kolonial Inggris di Amerika Serikat terjadi di wilayah Virginia pada September,1663.
Selama era kolonial Inggris sampai berakhirnya perang saudara di Amerika Serikat (1607-1865),telah terjadi 115 kali pemberontakan budak yang terjadi di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Sebagian besar terjadi di Selatan. Sejak wilayah Utara melarang adanya perbudakan pada tahun 1804, maka pada tahun itu pula tidak pernah terjadi pemberontakan-pemberontakan budak.




3.2 Saran
             Dalam mempelajari makalah ini diharapkan pembaca mempelajari lagi buku atau sumber yang selinier untuk memperkuat pengetahuan atas informasi yang disajikan yang banyak sekali kekurangan.








































DAFTAR PUSTAKA



Sundoro,hadi 2012.sejarah amerika serikat .jember:jember university press,











Tidak ada komentar:

Posting Komentar