BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kedatangan koloni-koloni
Inggris ke Amerika pada awalnya disebabkan karena kecintaan mereka akan
kemerdekaan. Mereka pindah ke Amerika pada dasarnya ingin meninggalkan
peraturan-peraturan keaagamaan, pemerintahan dan kebebasan ekonomi yang selama
ini terkekang. Alasan politik yang yang melatarbelakangi kedatangan orang
Inggris adalah karena terjadinya kehidupan yang tidak stabil akibat dari
tekanan pemerintah Inggris, alasan ekonomi adalah alasan paling kuat bagi orang
Inggris untuk pergi mendirikan koloni di amerika sebagai tempat tinggal baru.
Setelah orang-orang Inggris datang ke Amerika dan mendirikan koloni , maka
diperlukan tenaga kerja yang murah dan ulet di bidang perkebunan. Tenaga kerja
dari Inggris jumlahnya terbatas sehingga mereka memutuskan untuk mengambil
orang-orang negro Afrika sebagai tenaga kasar di perkebunan dan dijadikan
sebagai budak.
Perdagangan
budak yang dilakukan inggris yang meakukan hubungan ddengan penguasa dan
penduduk pribumui afrika yang memperjualbelkan budak untuk ditukar dengan
persenjataan, texti ataupun anggur, yang kemudian budak hasi perdagangan dengan
penguasa afrika tersebut dipekerjakan di amerika untuk mengerjakan pekerjaan
perkebunan dan pertanian yang membutuhkan tenaga lebih besar. Dimana di
afrika barat ini penduduk bekerja dari hasil pertanian, disamping menangkap
ikan dan berburu. Hasil pertanian diwilayah afrika barat ini biasanya gandum,
kapas, padi dan ketela. Kerajaan yang berdiri pada masa itu adalah kerajaan
shonghai, ghana, wangdhudhu, hausa dan mandingu, yang nantinya dikenal dengan
nama ghana. Dari kerjaan ini dapat
diambil sebuah fakta bahea setiap penguasa mempunyai budak-budak, seperti hasil
dari tawanan perang yang telah di jadikan sebagai hak milik negara atau
kerajaan, budak tersebut difungsikan sebagai pekerja tanah pertanian dan
perkebunan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang perbudakan yang ada di amerika serikat?
2. Bagaimanakah perbudakan yang ada di amerika serikat?
3. Bagaimanakah praktik perbudakan di Amerika
Serikat?
4. Bagaimana Bentuk-bentuk perbudakan di Amerika
Serikat?
5. Bagaimana
perbudakan sebagai lembaga sosial?
6. Bagaimana
pemberontakan budak yang terjadi di Amerika Serikat?
1.3 Tujuan
1. Dapat
mengetahui latar belakang perbudakan yang ada di amerika
serikat.
2. Mengetahui perbudakan yang ada di amerika serikat.
3. Mengetahui dan memahami praktik perbudakan di Amerika Serikat.
4. Memahami Bentuk-bentuk perbudakan di Amerika
Serikat.
5. Mengerti
tentang perbudakan sebagai lembaga social.
6. Mengetagui
bagaimana pemberontakan budak yang terjadi
di Amerika Serikat?
BAB 2.
PEMBAHASAN
2.1 Latar
Belakang Perbudakan di Amerika
Pada
awalnya perbudakan orang kulit putih terhadap orang – orang negro serta
prakrik-praktiknya telah berlangsung sejak zaman kuno. Dimana praktik tersebut
dilakukan oleh orang mesir
terhadap orang negro di afrika. Budak tersebut digunakan tenaganya didaerah
pertanian dan di tempat kuil-kuil.
Perbudakan
merupakan suatu lembaga sosial, dimana seluruh hak dan sifat dasar
kemunausiaannya dikuasai mutlak oleh tuannya. Baik fisik maupun hak kemanusiaan
telah beralih kepada penguasaan mutlak pemiliknya. Kemudian makna budak itu
sendiri adalah oarang yang dianggap dan disamakan dengan barang milik, hak
kemanusiaan sebagai hak dasar yang bersifat kodrati telah dirampas oleh orang
lain (pemiliknya). Banyak faktor yang menyebabkan seorang harus menjalani hidup
sebagai seorang budak, anatar lain faktor ditawan karena kalah dalam suatu
peperangan, dijual atau dilahirkan oleh orang tua yang berstatus sebagai budak
dan juga berhutng kemudian tidak mampu melunasinya.
Perbudakan
yang terjadi diamerika selatan dianggap sebagai lembaga legal, ini juga
diperkuat dengan undang-undang mengenai perbudakan, yang telah diatur bersama
oleh negara bagian yang dinamakan the
black codes. Didalam masyarakat pertanian terutama didaerah bagian amerika
sebelah selatan yang banyak bermata pencaharian sebgai masyarakat perkebunan
dan pertanian sangat membutuhkan jasa budak untuk diperkerjakan sebagai alat
produksi, yang tujuannya tidak lain adalah memperoleh keuntungan yang
seluas-luasnya. Dengan keadaan tanpa kebebasan ini para budak juga mendapat
perlakuan yang kejam dan sewenang-wenang dari majikannya, bisa dibayangkan
kehidupan budak pertanian dan perkebunan saat itu sangat tragis dan menderita.
Pada
awalnya budak yang dipekerjakan di amerika bagian seltan berasal dari afrika
barat. Dimana di afrika barat ini penduduk bekerja dari hasil pertanian,
disamping menangkap ikan dan berburu. Hasil pertanian diwilayah afrika barat
ini biasanya gandum, kapas, padi dan ketela. Kerajaan yang berdiri pada masa
itu adalah kerajaan shonghai, ghana, wangdhudhu, hausa dan mandingu, yang
nantinya dikenal dengan nama ghana. Dari kerjaan ini dapat diambil sebuah fakta
bahea setiap penguasa mempunyai budak-budak, seperti hasil dari tawanan perang
yang telah di jadikan sebagai hak milik negara atau kerajaan, budak tersebut
difungsikan sebagai pekerja tanah pertanian dan perkebunan.
Dalam
perbudakan pada masa ini, budak dianggap sebagai kekyaaan utama dari suatu
bangsa atau kerajaan, anak-anak para budak ini tidak boleh dijual, melainkan
ditampung dan dipelihara sebagai hak milik keluarga. Meskipun pada saatnya
nanti anak budak menggantikan orangtuanya tetapi kebebasan diberikan kepada
anak budak tersebut. Berbicara mengenai awal dari perdagangan budak di afrika
barat, terdapat beberapa tafsiran, ada yang mengatakan awal perdagangan budak
di afrika barat terjadi didaerah angola, kongo, dan guinea, yang selanjutnya
meluas ke sudan barat. Kemudian ada juga yang mengatakan perdagangan budak di
afrika barat berasal dari daerah-daerah pedalaman yang jauh. Yang terakhir ada
juga pendapat yang mengatakan awal perbudakan di afrika berawal dari
perdagangan budak di guinea tepatnya terletak di pantai afrika barat.
Perkembangan
perbudakan denagan skala luas atau jaringan internasional, mulai berkembang
sejak ditemukannya benua amerika awal abad ke 16, yaitu orang-orang asing seperti spanyol dan
portugis menjalin hubungan dagang dengan penduduk pribumi, mereka mendirikan
benteng-benteng dan pos-pos perdagangan. Terjadi hubungan perdagangan antara
raja-raja negro di afrika barat dengan para pedagang portugis dan spanyol,
selain itu juga berkembang dan meluasnya agam kristen ke wilayah tersebut. Keadaan
semakin lama semakin berkembang pesat maka sekitar abad ke 17 banyak berdiri
tempat perdagangan disepanjang pantai afrika barat. Selain bangsa spanyol dan
portugis, bangsa inggris, belanda serta prancis mulai menjalin hubungan
perdagangan dengan penduduk atau raja di afrika barat. Kemudian ditahun 1595
bangsa belanda berhasil menguasai perdagangan budak didaerah pantai guinea. Pada
akhirya banyak para budak yang diangkut oleh kapal-kapal belanda dan dikirim ke
brazilia utara.
Ditahun
1562, orang-orang inggris yang dipimpin oleh sir jhon howkins mulai tertarik
melakukan hubungan dagang budak di afrika barat, pada awalnya mereka bermaksud
mencari logam, namun akhirnya mereka lebih tertarik pada perdagangan
budak. Sekitar abad ke 18 inggris
mendirikan koloni-koloninya diwilayah afrika barat terutama di sepanjang pantai
guinies.
Tahun
1672, inggris mendirikan organisasi dagang di afrika barat yang bernama the royal african company. Para budak yang dibawa ke kapal-kapal
inggris ditukar dengan hasil-hasil textil, anggur, senjata dan
kebutuhan-kebutuhan lain yang sangat diperlukan oleh para raja atau
penguasa-penguasa pribumi diwilayah afrika barat. Kemudian bangsa eropa
terakhir yang melakukan perdagangan budak adalah perancis, yaitu di daerah
senegal pada 1662. Budak yang diangkut kapal perancis dikirim di santo domingo
di kepulauan haiti.
Masalah pengangkutan budak ternyata
banyak menimbulkan berbagai masalah dan kesulitan, ini dikarenakan sering
terjadi perlawanan dari para budak, banyak menderita sakit yang kemungkinan
disebabkan oleh lamanya perjalanan, perbedaan iklim, makanan yang tidak
teratur, dan penderitaan fisik yang disebabkan oleh perlakuan kejam dari para
pemiliknya.
2.2 Perbudakan di Amerika Serikat
Impor budak ke wilayah Amerika Serikat bagian
selatan dimulai pada 31 Agustus 1696 oleh John Rolfe, seorang bangsa belanda
yang telah menjual sebanyak 20 orang Negro ke Virginia. Pada masa itu wilayah
Virginia masih merupakan koloni inggris. Orang-orang negro pertama di bawa ke
wilayah tersebut, dipekerjakan sebagai pelayanan dalam rumah tangga tuannya.
Wilayah Amerika serikat bagian
selatan di masa periode colonial inggris terbentang dari daerah Maryland sampai Georgia, mempunyai
penghasilan pokok beberapa hasil pertanian dan perkebunan, yang merupakan
sumber penghasilan utama dari koloni inggris
itu. Berbagai hasil industri di inggris ditukar dengan hasil perkebunan di
daerah koloninya. Untuk mengusahakan jenis tanaman tembakau, koloni-koloni mulai menggunakan
tenaga-tenaga budak.
Latar belakang perbudakan di Amerika
Serikat bagian selatan, sesungguhnya sangat berkaitan dengan kondisi
geografisnya, khususnya dari keadaan ekologinya. Yang kita maksud dengan
ekologi adalah suatu cabang dari pengetahuan biologi yang mempelajari hubungan
antara organisme yang lain dan dengan lingkungan alamnya. Dalam suatu daerah
yang memiliki tanah subur memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis tanaman
perkebunannya seperti : tebu, nila, kapas, gandum, dan juga tembakau, yang
sesuai dengan lingkungan alamnya. Hal ini ternyata dapat mendorong terjadinya
perbudakan di daerah pertanian perkebunan di selatan karena sangat diperlukan
tenaga-tenaga budak.
Hal-hal yang mendorong para kolonis
Amerika Serikat bagian selatan untuk
menggunakan tenaga-tenaga kulit hitam (baca tenaga negro) ialah adanya problem tenaga kerja di berbagai daerah perkebunan.
Orang-orang kulit putih gagal menggunakan tenaga kerja dari penduduk asli suku
inidian yang sudah biasa hidup bebas dan merdeka di tanah-tanah perkebunan.
Pemakaian tenaga kerja kulit putih di perkebunan0perkebunan tidak efektif,
karena di samping tidak tahan terhadap iklim panas juga harga tenaganya sangat mahal. Tenaga-tenaga budak di
perkebunan sangat efektif, karena lebih
produktif dan sangat murah.
Perbudakan sebagai lembaga social,
mula-mula tumbuh di daerah Virginia,
kemudian terbesar ke wilayah-wilayah lain. Pada 1625, terjalin hubungan
perdagangan antara Virginia London Company dengan pihak kerajaan, menyangkut
masalah hasil pertanian dan perkebunan. Organisasi perdagangan swasta di Virginia
pada masa colonial juga menyalurkan kebutuhan tenaga kerja budak keberbagai
daerah koloni. Selama abad ke-17 dan ke-18, sebagian besar orang-orang negro
yang diimpor dari Afrika barat dipekerjakan dalam perkebunan tembakau, nila,
dan padi. Sumber penghasilan utama bagi wilayah Amerika Serikat bagian selatan
adalah dari hasil pertanian perkebunan. Oleh karena itu, tenga kerja budak
sebagai alat produksi harus dipertahankan.
2.3 Praktik Perbudakan
Perbudakan yang terjadi di wilayah Amerika Serikat bagian
selatan, merupakan lembaga social dimana para budak terikat oleh sejumlah
peraturan yang dipaksakan kepadanya dan harus ditaati olehnya praktik-praktik
perbudakan menunjukan adanya suatu eksploitasi
sesama umat manusia. Budak-budak dianggap sebagai barang milik yang
dikuasi sepenuhnya oleh para pemiliknya, sehingga mudah didapat diperjualbelikan. Perbudakan
sebagai suatu lembaga social diatur dan dilindungi oleh undang-undang dari
Negara-negara bagian wilayah selatan.
2.4 Bentuk – Bentuk Perbudakan
Sistem perbudakan yang terdapat di
Amerika Serikat bagian selatan ternyata mempunyai kekhususan yang berbeda
dengan system perbudakan di Amerika Latin dan di Hindia Barat. System
perbudakan di Amerika Latin menunjukan bahwa para pemilik budak masih
memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan terhadap budak-budaknya. Para pemilik
budak tak cenderung untuk mengembangkan dan menggunakan lembaga budak secara
intensif. Kaum pengusaha perkebunan tidak bermaksut untuk mengekploitasi
tenaga-tenaga budak hingga dapat mengakibatkan hancurnya kehidupan dan
kesehatan para budak.
Warga kulit putih di selatan menganggap bahwa budak
merupakan hak milik sah yang sebagian besar dipelihara oleh para pengusaha
perkebunan. Pemerintah federal tidak berwenang menyisihkan sitim perbudakan
yang terjadi di berbagai daerah. Hal ini sebenarnya sebagai kelanjutan dari
warisan era colonial tanpa pengawasan dari pemerintah inggris.
Beberapa tokoh negarawan di selatan
berhasil memasukkan peraturan-peraturan yang disusun oleh kongres, berisi
ketentuan-ketentuan mengenai pelarian
budak-budak negro di suatu dari suatu Negara bagian ke Negara bagian
yang lain harus dikembalikan pada pemiliknya. Peraturan tersebut terkenal
dengan nama Fugitive Slave Law, yang mulai disusun pada 1 februari 1973. Dengan
demikian ketentuan-ketentuan mengenai pelarian-pelarian budak yang pada umumnya menuju ke wilayah utara harus
dikembalikan pada pihak selatan.
Di dalam lembaga perbudakan semua
peraturan yang mengatur hubungan antara tuan dan budak dimuat dalam peraturan
hukum yang disebut The Black Codes. Peraturan-peraturan tersebut dilegalisir
oleh Negara-negara bagian di selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19.
Isi dari the Black Codes di antaranya adalah melindungi hak milik budak,
mengawasi setiap kemungkinan timbulnya gerakan-gerakan negro yang dapat
membahayakan kdudukan para pemilinya. Para budak di larang mengadakan
perjanjian dengan siapa pun. Seorang budak tidak diperbolehkan melakukan suatu
kekerasan terhadap seorang kulit putih. Sebaliknya, pembunuhan yang dilakukan
oleh warga kulit putih terhadap seorang budak tidaklah dianggap sebagai suatu
perbuatan criminal.
Hukuman yang paling ringan bagi
para budak yang melanggar ketentuan dalam TheBlack Codes, ialah diperkejakan
kembali di tempat pekerjaan yang berat. Dapat terjadi pada salah satu anggota
tubuh budak terdapat bekas-bekas siksaan yang menandakan bahwa ia pernah
melanggar peraturan tersebut. Hukuman yang terberat misalnya dilakukan oleh
komplomen-komplomen budak yang berusaha untuk melakukan pemberontakan harus
mengalami hukuman mati di tiang gantungan.
Pada masa wilayah Amerika Serikat
bagian selatan masih merupakan koloni inggris, sebenarnya sudah ada
peraturan-peraturan yang mirip dengan
peraturan yang melarang orang negro memiliki senjata api. Mereka yang melakukan
patroli-patroli di daerah perkebunan
diberi wewenang oleh membahayakan
keamanan. Pembunuhan, pencurian, pembakaran, melarikan diri, kesemuanya itu merupakan
kejahatan berat. Pipi kanan budak-budak yang melakukan kejahatan ringan seperti
mencuri babi dan anak-anak ayam, dicap dengan sepotong besi panas yang
bertuliskan huruf “R”.
2.5 Perbudakan Sebagai
Lembaga Sosial
Masyarakat negro pada masa perbudakan dapat
dikategorisasikan dalam dua kelompok : (1) orang-orang negro bebas, (2)
orang-orang negro budak, baik yang bekerja sebagai pelayanan-pelayan rumah
tangga maupun budak-budak yang bekerja di tempat-tempat pertanian perkebunan.
Kelompok orang negro bebas dahulunya berasal dari para budak yang bekerja
sebagai pelayan rumah tangga yang merasa dirinya memiliki kehidupan social yang
lebih baik jika dibanding dengan budak-budak pertanian perkebunan. Selain itu,
kelompok negro bebas dapat berasal dari hubungan gelap anatara budak budak
wanita dengan laki-laki orang kulit putih yang biasanya adalah tuannya sendiri.
Anak keturunannya disebut golongan mulatto. Anak-anak yang di lahirkan dari
hasil perkawinan orang-orang mulatto bebas dengan orang-orang kulit putih juga
dapat menjadi orang negro bebas.
Para budak yang dapat membeli kebebasan sendiri dari
tuannya dapat dinyatakan sebagai negro bebas. Para budak yang berhasil
melarikan diri dari tuannya, biasanya ke wilayah utara, dapat dikatakan pula
sebagai orang-orang negro bebas. Keadaan social ekonomi orang-orang negro bebas
berbeda dengan mereka yang berstatus budak. Di wilayah selatan kondisi ekonomi
orang-orang negro bebas berada antara satu dengan yang lainnya. Kelompok
orang-orang negro bebas yang berdiam dipedesaan mempunyai kondisi social
ekonomi yang cukup. Banyak diantaranya menjadi petani. Sedang diantara
orang-oarng negro yang bebas yang hidup dikota, ada yang bekerja sebagai ahli
mesin, tukang kayu, panadai besi, menjadu sais, dan sebagainya.
Perlu kita ketahui, bahwa sejak para budak impor
dari Afrika barat dipilih dan dikelompokkan berdasar atas perbedaan suku
bangsa. Para pedagang budak yang telah lama berpengalaman mengimporbudak dari
Afrika barat itu pada umunnya mengetahui perbedaan kultur diantara para budak
itu sendiri. Hal ini perlu untuk mengetahui para budak dari suku-suku bangsa
manakah yang lebih sesuai untuk dipekerjakan ditanah-tanah pertanian perkebunan
dan ditempat-tempat yang lain. Para
budak dari suku bangsa congo misalnya, mempunyai wajah tampan dan sifat
penurut, tenaganya dapat digunakan sebagai budak-budak rumah tangga maupun
budak-budak perkebunan. Budak-budak dari daerah Guinea mempunyai fisiktinggi
dan besar serta bersifat kejam. Apabila pemilik perkebunan mempekerjakan mereka
sebagai budak-budak rumah tangga dapat berbahaya, lebih sesuai dipekerjakan
didaerah-daerah pertanian perkebunan. Budak-budak dari suku bangsa Eboes
diwilayah Gaboon, dikenal sebagai budak yang suka bergolak dank eras kepala.
Apabila hendak digunakan sebagai budak-budak perkebunan kurang efisien karena
keadaan fisiknya lemah.
Dilingkungan kehidupan keluarga para pengusaha
perkebunan, terdapat hubungan social yang erat antara tuan tanah dan budak
rumah tangga. Sebagian besar para budak rumah tangga amat setia dan berdisiplin
terhadap tuannnya. Mereka yang diberikan kekuasaan dan kepercayaan dari tuannya
sering memerintah budak-budak lain sesame bangsanya. Sering terjadi para budak
rumah tangga tidak merasa dirinya berkedudukan sebagai budak.
Para budak tak dapat melindungi para anggota
keluarganya sendiri dari segala gangguan yang timbul dari luar khususnya oleh
para kulit putih. Budak-budak wanita yang tidak dapat melindungi dirinya
sendiri terhadap keinginan pemuasan seksual dari tuannya. Istri budak juga
tidak dapat menjamin anaknya. Dari segala gangguan orang-orang kulit putih.
Apabila terjadi suatu penyelewengan seks yang dilakukan oleh sesame budak, maka
budak-budak wanita, istri-istri budak dapat meminta perlindungan pada tuannya.
Jadi wanita-wanita budak hanya dapat memperoleh perlindungan dirinya apabila
timbul ganggian-gangguan yang berasal dari sesama budak. Tempat kediaman para
budak perkebunan berupa gubug-gubug kecil yang biasanya terletak disekitar tiga
mil jauhnya dari tempat-tempat perkebunan. Sedangkan jarak antara gubug-gubug
budak perkebunan dengan tempat tinggal tuannya sekitar delapan mil jauhnya. Hal
ini dimaksudkan untuk memudahkan budak-budak itu bekerja ditempat-tempat
perkebunan, disamping itu dapat menjauhkan perhubungan dengan orang-orang negro
bebas yang besar kemungkinannya akan berpengaruh para budak untuk bersekongkol.
Keadaan gubug-gubug itu amat menyedihkan, tidak terurus, kotor dan gelap. Gubug-gubug tersebut pada umumnya
hanya memiliki sebuah kamar, sering diisi penuh sesak oleh budak-budak, tak
memiliki suatu ventilasi yang cukup untuk pergantian udara serta tidak memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Maka tidak mengherankan apabila diantara mereka banyak
yang menderita penyakit tuberculosis dan cacar. Dalam mengawasi segala kegiatan para budak
perkebunan, ditempat-tempat gubug itu didirikan pos-pos penjagaan. Setiap 1-4
minggu sekali dilakukan patroli-patroli keamanan oleh para penguasa perkebunan
yang dibantu oleh para mandornya. Dapat dikatakan bahwa tempat tinggal para
budak perkebunan tidak lebih daripada perumahan orang-orang yang masih
primitive.
2.6 Pemberontakan
Budak
Terjadi suatu pemberontakan budak pada
hakikatnya tak lepas dari keadaan lingkungan sosial yang sangat menekan
kehidupannya yang disebabkan oleh berbagai tindakan dari
pemiliknya.disorganisasi keluarga dalam masyarakat budak merupakan sumber utama
timbulnya pemberontakan. Hal itu berkaitan dengan faktor-faktor tidak puas dan
putus asa dari kelompok budak,terjadinya berbagai insiden dan mengenai simbol.
Perasaan tidak puas dari para budak itu karena ascribed stastus, Yaitu status yang bibebankan oleh pemaksaan dan
pembenahan dalam hirarki sosial yang berlaku dalam lingkungan kulit putih di
selatan yang menggangap bahwa budak berstatus sebagai hak milik. Penerapan
peraturan yang tercantum dalam The black codes sangat menekan perasaan
para budak. Situasi psikologis yang menegangkan diciptakan oleh para tuan
dengan memperlakukan budak-budaknya secara kejam dan menakutkan. Budak-budak
yang sering mengalami
tekanan jiwa
akibat perlakuan kejam dari para tuannya.
Pemberontakan budak di Amerika Serikat
sebenarnya telah terjadi sejak wilayah tersebut dikuasai oleh kolonial Inggris.
Pemberontakan budak mula pertama terjadi di South Carolina pada November, 1526.
Adapun pemberontakan budak yang dianggap penting pada era kolonial Inggris di
Amerika Serikat terjadi di wilayah Virginia pada September,1663.
Selama era kolonial Inggris sampai berakhirnya perang saudara di Amerika Serikat (1607-1865),telah terjadi 115 kali pemberontakan budak
yang terjadi di berbagai negara bagian di Amerika
Serikat. Sebagian besar terjadi di Selatan. Sejak wilayah Utara melarang
adanya perbudakan pada tahun 1804, maka pada tahun itu pula tidak pernah
terjadi pemberontakan-pemberontakan budak.
Selama periode 1800-1864, telah terjadi 54
kali pemberontakan budak yang kesemuanya terdapat di
wilayah Selatan. Memperhatikan tempat terjadinya pemberontakan
budak,daerah Virginia merupakan tempat yang terbanyak terjadinya pemberontakan.
Sebanyak 20 kali selama periode 1800-1864, yang lain tersebar di berbagai
wilayah. Nantinya, dalam perang saudara di Amerika Serikat (1861-1865), Virginia merupakan ibukota dari negara
konfederasi.
Dalam membahas sekilas sekitar
pemberontakan budak pada periode 1800-1864, penulis hanya memfokuskan pada tiga
peristiwa yang dianggap sangat penting selama terjadinya pemberontakan. Tiga
peristiwa penting dalam pemberontakan budak itu : (1) terjadi pada 1800, di
Virginia, dipimpin oleh Gabriel Prosser; (2) pada 1822,terjadi pemberontakan
budak di South Carolina di bawah pimpinan Denmark Vesey; (3) pada 1831,
pemberontakan budak terjadi di Virginia di bawah Nat Turner dan juga terdapat
di berbagai wilayah. Terdapat suatu keunikan dalam mempelajari tokoh pemimpin
budak dalam menggerakkan suatu pemberontakan. Keunikan itu nampak bahwa
pemimpin budak pada umumnya berasal dari budak rumah tangga yang kemudian ia
memperoleh kebebasan dan kemerdekaannya tak lagi berstatus budak. Pada budak
rumah tangga yang melakukan suatu pemberontakan dapat digagalkan, antara lain,
rahasia pemberontakan diketahui oleh para budak rumah tangga yang kemudian
segera memberitahukan rencana pemberontakan kepada tuannya. Jadi, dalam masalah
sosok budak rumah tangga, ia berpeluang menjadi pemimpin pemberontakan, namun
juga dapat berkhianat menggagalkan rencana pemberontakan. Berikut ini secara
garis besar akan dikemukakan peristiwa ketiga pemberontakan budak yang terjadi
pada 1800,1822,dan 1831.
Gabriel Posser adalah budak rumah
tangga yang bekerja sebagai sains dari seorang pengusaha perkebunan di daerah
Virgimia, bernama Thomas Prosser. Ia seorang pengikut kristiani yang amat tekun
mempelajari ajaran Injil. Ia mulai tergugah hatinya ingin membantu perjuangan
bangsanya membebaskan dari belengu perbudakan. Setelah beberapa tahun mengabdi
pada tuannya, kemudian ia memperoleh kemerdekaannya sebagai seorang negro
bebas. Perjuangan Gabriel Prosser di
dalam menentang perbudakan didasarkan pada konsep-konsep agama dan rasional.
Dalam menentang perbudakan is mengartikulasi konsep injil dengan interpretasi
persaudaraan universal. Terdapat dua orang kulit putih yang ikut mebantu
perjuanagan budak, mereka berusaha mencari bantuan persenjataan dan bahan
peledak untuk melakukan pemberontakan. Gabriel Prosser merencanakan suatu
pemberontakan di daerah pedesaan Henrico, di Kota Richond, Virginia, pada1
September,1800. Ia membagi seluruh pengikutnya yang berjumlah 1100 budak dalam
tiga kelompok besar. Sebagai langkah pertama, kota harus dikuasai, mereka harus
berhasil merebut gudang senjata yang berada di kota Richmond.apabila kelompok
yang di tugasi berhasil merebut gudang senjata, terlebih dahulu menyergap para
penjaganya.
Sebelum Gabriel Prosser mulai
merencanakan penyeranagan kota Richmond,
rahasia pemberontakan telah bocor karena penghianatan yang dilakukan oleh dua
orang budak rumah tangga.kedua penghianat tersebut melaporkan rencana
pemberontakan yang akan dilakukan oleh Gabriel Prosser kepada pemerintah negara
bagian Virginia. Maka, dengan segera pemerintah negara bagian Virginia segera
menggerakkan tentaranya sebanyak 600 orang untuk mencegah pemberontakan serta
melindungi kota Richmond. Pemberontakan Gabriel Prosser dengan cepat dapat
dihancurkan, sebanyak 30 orang pengikutnya telah menjadi korban. Komplotan
Gabriel Prosser telah gagal akibat penghianatan yang dilakukan oleh dua orang
budak rumah tangga. Ia sendiri di tawan pada 25 September 1800, kemudian di
kirim ke kota Richmond. Gubernur Virginia berusaha untuk mengkorek informasi
seputar rencana pemberontakan yang dilakukan oleh Gabriel Prosser, namun
gubernur tersebut gagal memperoleh informasi yang dianggap penting. Ia tidak
mau mengaku dengan siapa saja pemberontakan itu dilakukan. Akhirnya, Gabriel
Prosser dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan pada 7 Oktober, 1800. Setelah
pemberontakan Gabriel Prosser dapat digagalkan oleh gubernur James Monroe, segera melaporkan pada
pemerintah Thomas Jefferson, bahwa pemberontakan tersebut berhasil dihancurkan.
Pemberontakan
yang lain dilakukan oleh Denmark Vesey di negara bagian Shout Carolina pada
1822.seperti halnya Gabriel Prosser, Vesey berasal dari budak rumah tangga.
Perjuanagan Denmark Vesey dalam menentang perbudakan terpengaruh oleh konsep
pemikiran Gabriel Prosser. Ia juga memberi konsep agama dan idedari revolusi
perancis. Denmark Vesey menanamkan agama dan ide-ide dari revolusi Perancis.
Vesey menanamkan pengaruhnya terhadap para anggotanya, bahwa Tuhan telah
menciptakan semua umat manusia memiliki hak-hak yang sama. Rasa ketidakpuasan
bersumber dari pengetrapan the black
codes. Disamping itu, ia mendapat dukungan dari para pemimpin Greja
Metodhist yang anggotany aterdiri dari orang-orang negro. Berdasarkan
pengalaman yang ada, gagalnya pemberontakan budak karena adanya penghianatan
dari budak rumah tangga, maka, vessey merencanakan pemberontakan yang akan
dilakukannya harus hati-hati jangan sampai bocor. Ia menetapkan bahwa
pemberontakan akan dimulai pada minggu kedu, Juli, 1822. Ia berusaha mencari bala bantuan orang-orang negro di
derah Santo Domingo, sama seperti yang pernah dilakukan oleh Gabriel Prosser.
Bala bantuan yang diharpkan Vessey, kenyataanyya menjadi terpencar sehingga
sulit dikoordinasi, mengingat jarak tempuh dari daerah Charleston dengan Santo
Domingo, terlalu jauh, 80 mil jaraknya. Rencana Vessey ternyata juga telah
dihianati oleh seorang budak yang telah mendapat kepercayaan darinya. Budak itu
bernama Devany, seorang pelayan rumah tangga yang bekerja sebagai kusir
gerobakpada bekas kolonel Prioleau. Devany mendapat uang sebanyak $ 1.000 dan
juga memperoleh kebebasan dari tuannya. Akibat kegagalan pemberontakan Vessey,
139 orang ditahan, 47 orang dimasukkan
dalam penjara termasuk 4 orang kulit putih, yang dituduh ikut membantu dan melindungi
para budak. Sebanyak 35 budak pengikut Vessey menjalani hukuman
mati.pembeontakan Vessey ditaksir mempunyai pengikut lebih dari 9.000 orang.
Denmark Vesey akhirnya harus menjalani hukuman mati di tiang gantungan. Ia
tetap menolak untuk mencantumkan nama dari orang-orang yang ikut di dalam
komplotannya.
Mengenai
pemberontakan yang dlakukan oleh Nat Turner pada 1831,di Virginia, dapat di
kisahkan sebagai berikut : Nat Turner adalah seorang pendeta sangat tekun
mempelajari isi injil,sering memberi khotbah dan membabtis para budak. Ia
adalah seorang pendeta yang sangat fanatik, menggunakan konsep supra irasional
dalam usahanya membebaskan para budak. Kondisi masyarakat yang tidak menentu
dengan harapan dan kecemasan,maka, mereka akan mengharapkan munculnya seorang
pemimpin yang bermukjizat atau istilahnya sebagai the miracle man, rakyat menaruh kepercayaannya agar
perasaan-perasaan tidak puas, frustasi,dan putus asa dapat segera berakhir,
kemudian mengharapkan kemakmuran atau kesejahteraan sosial. Para pengikutnya
yakin, bahwa melalui kepercayaan Kristus mereka akan mendapatkan kebebassan dan
kemerdekaan bagi umatnya. Kefanatikan Nat Turner dipertebal oleh kegemaran
mengolah hal-hal yang bersifat mistik sehingga akan dapat diketahui ideologi
apakah yang akan digunakan sebagai konsep perjuangannya dalam membebaskan
perbudakan. Dapat dikatakan bahwa ia berideologi yang messianistis. Artinya, di
dalam situasi sosial yang kacau manusia sudah tidak berdaya lagi mengatasi
dengan hal-hal yang rasional seperti yang dikerjakan oleh Nat Turner. Oleh karena
itu, pemberontakan yang dilakukannya tidak direncanakan cermat dan teliti.
Tentu saja, seorang pemimpin pemberontakan yang fanatik dengan sendirinya akan
menlaksanakan perannya tak dipertimbangkan dengan masak-masak dan tidak
waspada. Nat Turner masih terkesan mengenai rencana penyerangan yang telah
mengalami kegagalan akibat terjadinya suatu penghianatan. Maka, Nat Turner
tidak akan mudah mempercayai seseorang untuk mengatakan rencana pemberontakan.
Ia akan bertindak sendiri memimpin penyerangan. Semula ia menetapkan tanggal 4
Juli 1831, sebagai permulaan untuk melakukan pemberontakan di pedesaan
Southamton; tetapi ia menderita sakit sehingga rencana pemberontakan
ditangguhkan. Nat Turner memulai pemberontakannya baru pada 21 Agustus 1831.
Perlu diketahui, bahwa di dalam pemberontakan tersebut tidak terdapat
penghianatan-penghianatan yang dilakukan oleh budak rumah tangga. Sebagai
langkah pertama, ia beserta para pengikutnya merusak dan membakar tanah-tanah
perkebunan. Ia mengharap agar selekasnya mendapat bantuan dari para budak rumah tangga.
Nat Turner beserta para pengkutnya telah melakukan pemberontakan kejam
terhadap tuannya, Joseph Travis beserta keluarganya. Angin peberontakan lekas
meniup ke daerah Southampton.
Nat Turner mendapat sebutan sebagai “Bandit
Besar” di kalangan masyarakat kulit putih di Virginia, sebab mereka melakukan
pembunuhan kejam terhadap Joseph Travis beserta keluarganya dan juga sejumlah
orang-orang kulit putih lain di daerah Southampton. Orang-orang kulit putih
yang telah dibunuh dalam pemberontakan itu kesemuanya berjumlah 60 orang. Pada
masa berkobarnya pemberontakan itu, seluruh pendeta negro di Virginia diperiksa
oleh pemerintah, sebab pemimpin pemberontakan adalah berasal dari seorang
pendeta. Sebagai tindak balasan dari waarga kulit putih para budak yang diduga
terlibat dalam pemberontakan dibinasakan, sedang 13 orang budak yang lain
dijatuhi hukuman gantung. Selama enam minggu, Nat Turner bersembunyi didaerah
pegunungan di Southampton., tetapi akhirnya ia beserta para pengikutnya
berhasil ditangkap 30 Oktober 1831. Ia menjalani hukuman mati pada 11 Nopember
1831. Pemberontakan yang dipimpin oleh Nat Turner berakhir pada 13 Oktober,
1831, dan berumur tidak lebih dari dua bulan.
BAB 3. PENUTUP
3.l Kesimpulan
Pada
awalnya perbudakan orang kulit putih terhadap orang – orang negro serta prakrik-praktiknya telah berlangsung
sejak zaman kuno. Dimana praktik tersebut dilakukan oleh orang mesir terhadap
orang negro di afrika. Budak tersebut digunakan tenaganya didaerah pertanian
dan di tempat kuil-kuil.
Pada
awalnya budak yang dipekerjakan di amerika bagian seltan berasal dari afrika
barat. Dimana di afrika barat ini penduduk bekerja dari hasil pertanian,
disamping menangkap ikan dan berburu. Hasil pertanian diwilayah afrika barat
ini biasanya gandum, kapas, padi dan ketela. Kerajaan yang berdiri pada masa
itu adalah kerajaan shonghai, ghana, wangdhudhu, hausa dan mandingu, yang
nantinya dikenal dengan nama ghana. Dari kerjaan ini dapat diambil sebuah fakta
bahea setiap penguasa mempunyai budak-budak, seperti hasil dari tawanan perang
yang telah di jadikan sebagai hak milik negara atau kerajaan, budak tersebut
difungsikan sebagai pekerja tanah pertanian dan perkebunan.
Pemberontakan budak di Amerika Serikat
sebenarnya telah terjadi sejak wilayah tersebut dikuasai oleh kolonial Inggris.
Pemberontakan budak mula pertama terjadi di South Carolina pada November, 1526.
Adapun pemberontakan budak yang dianggap penting pada era kolonial Inggris di
Amerika Serikat terjadi di wilayah Virginia pada September,1663.
Selama era kolonial Inggris sampai
berakhirnya perang saudara di Amerika Serikat (1607-1865),telah terjadi 115
kali pemberontakan budak yang terjadi di berbagai negara bagian di Amerika
Serikat. Sebagian besar terjadi di Selatan. Sejak wilayah Utara melarang adanya
perbudakan pada tahun 1804, maka pada tahun itu pula tidak pernah terjadi
pemberontakan-pemberontakan budak.
3.2 Saran
Dalam
mempelajari makalah ini diharapkan pembaca mempelajari lagi buku atau sumber
yang selinier untuk memperkuat pengetahuan atas informasi yang disajikan yang
banyak sekali kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Sundoro,hadi
2012.sejarah amerika serikat .jember:jember
university press,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar