BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Amerika
Latin adalah kawasan luas yang mencakup seluruh wilayah di belahan bumi barat
di selatan Amerika Serikat. Wilayah ini terdiri atas Meksiko, Amerika Tengah,
Amerika Selatan, dan Kepulauan Karibia. Kawasan ini terbagi menjadi 52 unit
politik, termasuk di antaranya 33 negara independen dan 19 dependensi. Brasil
adalah negara terbesar di Amerika Latin, baik dari segi wilayah maupun
populasi. Negara ini menempati sekitar dua-perlima dari luas Amerika Latin dan
memiliki sekitar sepertiga dari total penduduknya.
Sebelum orang
Eropa pertama tiba di Amerika Latin pada akhir abad ke-15, wilayah ini telah
dihuni selama ribuan tahun oleh orang-orang yang sekarang disebut Amerindian,
yang berarti Indian Amerika atau penduduk asli Amerika. Kelompok Indian seperti
Aztec,
Inca,
dan Maya
telah mengembangkan peradaban awal yang sangat maju di kawasan Amerika Latin
dan mendirikan kota serta kerajaan pertama di sana.
Selama abad
ke-16 dan 17, bangsa Eropa menaklukkan sebagian besar suku Indian dan
mendirikan koloni-koloni. Segera setelah orang Eropa tiba, mereka mulai
mengirim orang kulit hitam dari Afrika untuk dijadikan budak, terutama ke
Kepulauan Karibia dan beberapa daerah pesisir daratan. Kekuasaan Eropa di
Amerika Latin berlangsung sekitar 300 tahun. Ongkos kemanusiaan dan lingkungan
dari kolonisasi ini sangat tinggi. Pemerintah Eropa mengambil sumber daya alam
dari Amerika Latin dan memaksa orang Amerindian dan kemudian budak Afrika untuk
bekerja pada mereka.
Amerika Latin
memiliki warisan budaya yang kaya yang memadukan banyak pengaruh. Tidak seperti
Eropa dan Amerika Serikat, Amerika Latin berkembang dari tahun 1400-an sebagai
masyarakat campuran di mana orang Amerindian, Eropa, dan Afrika hidup
berdampingan. Meskipun mereka berbeda, berbagai bangsa Amerika Latin bisa hidup
dan bekerja sama selama ratusan tahun. Selama berabad-abad, orang kulit putih,
Indian, dan orang kulit hitam melakukan perkawinan. Pada abad ke-19 dan 20,
imigran Asia, Arab, Prancis, Jerman, Italia, dan Yahudi turut menyumbangkan
tradisi budaya mereka ke Amerika Latin. Saat ini, kebanyakan orang Amerika
Latin adalah keturunan campuran. Kebanyakan mereka adalah keturunan Indian
dengan kulit putih atau keturunan kulit hitam dengan kulit putih.
Orang-orang
dari Amerika Latin berbagi banyak tradisi dan nilai-nilai yang muncul dari
warisan kolonial bersama mereka. Mayoritas orang Amerika Latin berbicara dalam
bahasa Spanyol, Portugis, atau Prancis, yang masing-masing dikembangkan dari
Latin. Bahasa Inggris atau Belanda adalah bahasa resmi di beberapa daerah yang
dijajah oleh Inggris atau Belanda. Para ilmuwan masih berbeda pendapat untuk
memasukkan daerah tersebut sebagai bagian dari Amerika Latin.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
perkembangan Amerika Latin pada abad ke-19 ?
2. Bagaimana
jalannya militerisasi di Amerika Latin ?
3. Apa
saja pengaruh Amerika Serikat terhadap Amerika Latin ?
4. Bagaimana
Pengaruh The Great Depresion terhadap Amerika Latin ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
tentang perkembangan Amerika Latin pada abad ke-19.
2. Mengetahui
dan memahami akan jalannya militerisasi di Amerika Latin.
3. Mengetahui
tentang Apa saja pengaruh Amerika Serikat terhadap Amerika Latin.
4. Mengetahui
tentang Pengaruh The Great Depresion terhadap Amerika Latin.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Amerika Latin Abad ke-19
Selama abad ke-16 dan 17, bangsa Eropa menaklukkan
sebagian besar suku Indian dan mendirikan koloni-koloni. Segera setelah orang
Eropa tiba, mereka mulai mengirim orang kulit hitam dari Afrika untuk dijadikan
budak, terutama ke Kepulauan Karibia dan beberapa daerah pesisir daratan.
Kekuasaan Eropa di Amerika Latin berlangsung sekitar 300 tahun. Ongkos
kemanusiaan dan lingkungan dari kolonisasi ini sangat tinggi. Pemerintah Eropa
mengambil sumber daya alam dari Amerika Latin dan memaksa orang Amerindian dan
kemudian budak Afrika untuk bekerja pada mereka.
Amerika Latin memiliki warisan budaya yang kaya yang
memadukan banyak pengaruh. Tidak seperti Eropa dan Amerika Serikat, Amerika
Latin berkembang dari tahun 1400-an sebagai masyarakat campuran di mana orang
Amerindian, Eropa, dan Afrika hidup berdampingan. Meskipun mereka berbeda,
berbagai bangsa Amerika Latin bisa hidup dan bekerja sama selama ratusan tahun.
Selama berabad-abad, orang kulit putih, Indian, dan orang kulit hitam melakukan
perkawinan. Pada abad ke-19 dan 20, imigran Asia, Arab, Prancis, Jerman,
Italia, dan Yahudi turut menyumbangkan tradisi budaya mereka ke Amerika Latin.
Saat ini, kebanyakan orang Amerika Latin adalah keturunan campuran. Kebanyakan
mereka adalah keturunan Indian dengan kulit putih atau keturunan kulit hitam
dengan kulit putih.
Orang-orang dari Amerika Latin berbagi banyak tradisi dan
nilai-nilai yang muncul dari warisan kolonial bersama mereka. Mayoritas orang
Amerika Latin berbicara dalam bahasa Spanyol, Portugis, atau Prancis, yang
masing-masing dikembangkan dari Latin. Bahasa Inggris atau Belanda adalah
bahasa resmi di beberapa daerah yang dijajah oleh Inggris atau Belanda. Para
ilmuwan masih berbeda pendapat untuk memasukkan daerah tersebut sebagai bagian
dari Amerika Latin.
Nama Amerika Latin berasal dari pertengahan abad ke-19,
ketika orang Eropa dan Amerika Serikat telah memperluas pengaruh mereka di belahan
dunia lain. Nama ini digunakan untuk membedakan bagian dari Amerika yang
awalnya dihuni oleh orang Eropa yang menggunakan bahasa Romawi (dikembangkan
dari bahasa Latin, meliputi bahasa Spanyol, Portugis, dan Perancis), dengan
bagian dari Amerika yang dihuni oleh orang Anglo-Saxon Eropa yang berbicara
dalam bahasa Inggris.
Pemerintah di Amerika Latin telah berubah sejak abad
ke-19. Pada awal abad ke-19, banyak koloni Amerika Latin merdeka dan menjadi
republik. Republik ini mendukung ide-ide demokrasi, namun dalam kenyataannya
mereka cenderung menciptakan kembali sistem kolonial dalam bentuk baru. Para
pemimpin republik baru itu tidak memiliki pengalaman dan kecakapan untuk
menangani masalah-masalah sosial dan ekonomi yang serius. Di beberapa negara
Amerika Latin, diktator militer merebut kekuasaan pemerintah. Negara-negara
lain diperintah oleh segelintir keluarga kuat yang menggunakan posisi mereka
untuk meningkatkan kekayaan pribadinya. Selama awal dan pertengahan abad ke-20,
protes anti-pemerintah dan revolusi berdarah terjadi di seluruh wilayah Amerika
Latin. Pemimpin sipil dan militer mencoba untuk menciptakan stabilitas politik
di wilayah tersebut. Namun dalam prosesnya, banyak pemimpin yang membatasi
hak-hak sipil rakyat Amerika Latin. Meski demikian, pada awal tahun 2000-an,
sebagian besar negara Amerika Latin telah mendirikan pemerintahan demokratis.
2.2 Faktor Militer dan Militerisasi di Amerika
Latin
Golongan
militer merupakan faktor dinamisasi (bahkan faktor pendobrak) yang sangat
menentukan dlam perjuangan melawan penjajah. Setelah perjuangan kemerdekaan
selesai, mereka mengatur dirinya dalam organisasi – organisasi militer yang
lebih sempurna. Setelah perang kemerdekaan yang dilanjutkan revolusi, atau
perang saudara dalam negeri, golongan militer “military elite” merupakan satu –
satunya golongan yang keluar dari kesulitan dengan organisasi dan disiplin yang
jauh lebih baik dibanding dengan golongan politik atau partai – partai politik.
Semula, semua golongan militer di Amerika Latin
berkeinginan langsung untuk memainkan fungsi politiknya pula. Namun setelah
melalui beberapa kesulitan, akhirnya fungsi politik golongan militer dapat
berangsur – angsur berubah menjadi fungsi militer professional hingga sekarang.
Timbullah profesionalisme militer yang sekarang ada di Meksiko, dimana
kekuasaan pemerintahan berada di tangan kekuatan sipil dan kekuasaan militer
hanya merupakan unsur pembantu keamanan kepolisian.
Namun berbeda dengan Negara – Negara di Amerika Latin
lainnya. Mereka berkeinginan terus mempertahankan politiknya di sektor – sektor
social – politik tanpa melepaskan kedudukan dan fungsinya sebagai militer.
Intervensi militer ini memiliki beberapa motivasi diantaranya :
1.
Motif politik,
yakni rasa tanggung jawab untuk mengatasi suatu kemacetan politik yang
disebabkan oleh pergolakan dari partai – partai politik.
2.
Motif ekonomis,
yaitu ingin menyelamatkan bangsa dari kehancuran ekonomi. Bahkan ada pula yang menggunakan
motif ekonomis-materiil untuk kepentingan pribadi.
3.
Didukung golongan
sipil yang memiliki kepentingan ekonomis-materiil tertentu, karena bila mereka
yang melakukannya sendiri, dirasa kurang kuat.
4.
Suatu tradisi, yakni tradisi adanya intervansi
militer atau coup – coup militer di Amerika Latin.
Coup ini dimulai dengan telepon dari jenderal infanteri
kepada menteri pertahanan bahwa ia akan melakukan coup dan memerlukan dukungan
dari menteri. Menteri pura – pura tidak tahu, tapi memberikan bantuan. Kemudian
terjadi tembak menembak di istana, Presiden ditahan, terjadi perubahan kabinet
atau dibentuk junta militer. Si menteri tetap selamat dan jederal
pemberontakpun naik panggung pemerintahan dan terjadilah pembagian rejeki.
Coup ini masih diterima masyarakat sebagai salah satu cara untuk melakukan
perubahan politik secara drastis sebab :
1)
Rakyatpun telah
terbiasa, seolah – olah merupakan tradisi.
2)
Golongan militer memilki akar yang sangat kuat
dalam masyarakat, karena tanpa dukungan mereka coup tidak akan berhasil.
3)
Di kalangan
masyarakat luas ada pandangan bahwa golongan militer adalah pengemban cita –
cita nasional yang murni, pengemban nasionalisme dan patriotism, hingga entah
bagaimana mereka perlu didukung.
4)
Rakyat yang umumnya
melihat golongan militer sebagai suati “kubu terhadap ancaman Komunisme”.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa militerisme Amerika
Latin mula – mula mengambil bentuk militerisme dari suatu Negara-kepolisian, di
mana golongan militer dipergunakan oleh pemerintah untuk menghancurkan golongan
anti-pemerintah. Namun lambat laun timbul bentuk – bentuk baru yakni :
a.
Militerisme fasis
Dengan timbulnya Fasisme Italia dan Naziisme Jerman,
pengaruhnya menjalar pula ke Amerika Latin, dan mulai memasuki tubuh Angkatan
Perang. Hal ini terjadi di kalangan militer Bolivia, Brasil dan Argentina.
b. Militerisme
tenokrat
Didukung oleh perwira – perwira muda yang maju karena
hasil pendidikan luar negeri, terutama dari Amerika Serikat Militerisme di
Amerika Latin lebih mirip dengan apa yang ada di Spanyol, karena kesamaan
sejarah. Militerisme Amerika Latin lahir dalam keadaan dimana rakyat tidak
memilki sarana untuk menyalurkan tuntutan politik dan timbulnya oligharki dalam
pemilikan tanah, yang memaksa golongan militer tampil ke depan melalui seorang
caudillo, yakni seorang pemimpin/diktator militer yang memaksakan kehendaknya
terhadap rakyat dalam mencapai ketertiban umum dalam abad 19 dan awal abad 20.
Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua macam
lembaga militer, yakni :
1)
Bersifat politis,
yakni dimana golongan militer memandang dirinya juga berfungsi politik dalam
arti baik secara langsung maupun tidak langsung ikut dalam proses penentuan
kebijaksanaan politik bangsa.
2)
Bersifat
professional, yakni golongan iliter dibatasi hanya pada profesi militer teknis
dan tunduk pada pemerintahan atau pimpinan politik golongan sipil. Seperti
Meksiko yang telah memiliki militer bersifat professional.
Sedangkan untuk Angakatan Perang di Amerika Latin terdiri
dari beberapa macam. Ada yang memiliki hanya dua structural yakni Angkatan
Perang tetap dan kekuatan para militer yang keduanya dibawah pengawasan
pemerintah. Kemudian ada pula yang memiliki tiga pola, yakni ditambah dengan
“private army” yang dibiayai atau diorganisasikan oleh tuan – tuan tanah besar
atau pejabat tinggi. Serta ada yang berpola empat, dengan tambahan pasuka gerilya,
baik yang berada di bawah pengawasan pemerintah, maupun mereka yang berada di
luarnya.
Satu – satunya yang tidak mempunyai Angkatan Perang
adalah Costa Rica (sejak 1948), sedang Panama walaupun juga tidak memilki, tapi
masih mempunyai “Nationl guard” dan golongan tersebut besar peranannya dalam
penentuan kebijaksanaan pemerintah.
2.3 Pengaruh Amerika Serikat kepada Amerika
Latin
Setelah upaya untuk mencapai kemerdekaan berhasil dilakukan
oleh Negara Negara baru di Amerika latin muncul masalah kembali yakni ancaman
imperialisme dari Negara Negara barat khususnya Spanyol. Pada tahun 1820-an,
spanyol meminta bantuan kepada para sekutunya di eropa untuk menaklukkan
kembali koloni koloninya di Amerika latin. Austria pun tertarik untuk membantu
namun hal ini tidak disepakati oleh Inggris dan juga Amerika serikat.
Oleh karena itulah maka di tahun 1823, Inggris meminta
Amerika serikat untuk membuat deklarasi bersama menentang intervensi Eropa ke
Amerika Latin. Presiden amerika yakni James Monroe, pada akhirnya karena adanya
permintaan Inggris mengeluarkan statment resminya di acara konggres tahunan
tanggal 2 Desember 1823. Kebijakan tersebut adalah kebijakan untuk berpihak
pada Negara negara Amerika latin. Pidato ini terkenal dengan nama ”doktrin
Monroe”. Pada doktrin Monroe, ada empat prinsip dasar, yang cukup terkenal.
Antara lain :
1.
Amerika serikta tidak akan mencampuri amsalh maslah
internal ataupun peperangan di antara Negara eropa.
2.
Amerika serikat mengakui dan tidak mencampuri koloni
yang masih ada di bawah keuasaan negara Negara eropa.
3.
negara Eropa harus menghentikan kolonisasi lebih lanjut
4.
Upaya apapun oleh Negara Eropa untuk menekan atau
mengendalikan Negara manapun d dunia akan diapndang sebagai tindakan kekerasan
melawan Amerika Serikat.
Pernyataan atau Doktrin Monroe ini mendapatkan dukungan dari
Inggris dimana inggris telah mempersiapkan kekuatan angkatan lautnya yang cukup
ditakuti karena jumlah dan kualitasnya yang cukup banyak dan baik. Dan dengan
adanya doktrin Monroe ini hubungan amerika serikat dengan Negara amerika latin
makin dekat karena ada persepsi bahwasanya amerika serikat telah membantu untuk
melindungi kawasan amerika latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap
amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah
Negara Negara amerika latin berfikir bahwa amerika serikat menggunakan doktrin
monroe sebagai media untuk mendominasi benua amerika. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris
yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.
Sikap dari amerika serikat yang begitu mencampuri urusan
Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara amerika dengan Spanyol.
Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika maka sikap untuk
bermusuhan dengan Spanyol muncul di benak rakyat Amerika dan akhirnya telah
berhasil mengusir kekuatan Spanyol dari Kuba. Selain ekses yang diakibatkan
oleh adanya perana yang begitru besar dari Amerika maka dalam pembuatan
rancangan konsitusi Kuba tahun 1900, pihak amerika serikat memaksakan adanya
satu dokumen yang terkenal yakni, Amandemen senator orville hitchcock platt
(platt amendement). Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat
mencampuri urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini dimaksudkan untuk
melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu
saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing
lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk
membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
Interpestasi yang meluas dari doktrin monroe terjadi seiring
dengan tampilnya aamerika serikat menjadi salah satu kekuatan dunia. Amerika
mengkalim bahwasanya negara ini adalah polisi dunia. Sehingga negara Negara
amerika latin ikut menjadi wilayah pengaruhnya serta menjadi penyumbang
kekuatan dari Amerika secara finansial. Selain itu dengan adanya penginteprestasian
yang meluas atas doktrin mempermudah upaya amerika serikat untuk mendapatkan
akses sumber daya dari Negara amerika latin. Namun upaa Ameruika bukanlah tanpa
ada tantangan dari negara negara kolonial lainnya atupun dari pemerintah Negara
baru di Amerika Latin.
Untuk mendaptakan akses pelayaran yang cepat dan
menguntungkan amerika menginginkan adanya pembangunan terusan panama, agar
pelayaran dari merika serikat menuju lautan pasifik dapat dilakukan tanpa
memutari amerika selatan. Presiden Roosevelt mengajukan ide untuk membangun
terusan yang melintasi tanah genting panama, yang berada dibawah kekuasaan
kolombia. Namun pemerintah Kolombia enggan memberikan hak pembangunan ini.
Namun akal culas dari amerika dengan melakukan politk adu domba dengan mendorong
rakyat panama untuk memberontak terhadap pemrintah kolombia telah membeku kan
keinginan dari pihak pemerintah kolombia. Pembangunan terusan panama pun
berhasil dilakukan pada tahun 1904. Tentu saja pembangunan ini membawa
keuntungan pada pihak Amerika, tidak saja keuntungan secara ekonomi namun secra
politis amerika diuntungkan. Selruh kawasan Amerika Latin dapat dikontrol oleh
Amerika Serikat dengan adanya pembangunan terusan Panama.
Tahun 1930, merupakan tahun yang bersejarah bagi Negara
Amerika Latin, karena di tahun inilah yang menjadi tahun titik balik dalam
sejarah amerika latin. Ditandai dengan jatuhnya kekuatan oligarki dan adanya
akselerasi proses modernisasi secara baik. Kelas menengah muncul dengan massif,
perhimpunan dagang menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan, pun juga mulai
menggeliat. Para pemimpin negara amerika latin yang mulai menyadari adanya
kelemahan secara ekonomi dari negara negara ini adalah terlalu mengandalakn
sektor ekspor bahan mentah dan komoditas muali melakukan pembangunan
industrialisasi. Dan pembangunan industrialisasi telah membawa pengaruh yakni
terciptanya akselerasi transformasi sosial. Hal ini ditunjukkan dengan ide
untuk melakukan beberapa hal, yang antara lain : 1. pemisahan kekuasaan gereja
dengan negara, 2. Perdagangan bebas, 3. perluasan hak pilih.
2.4 Pengaruh
The Great Depresion terhadap Amerika Latin
Tahun 1930an adalah tahun peristiwa mengenaskan mengenai depresi
besar-besaran yang terjadi di berbagai penjuru dunia, termasuk negara super
power, Amerika Serikat. Depresi ini terjadi begitu dahsyatnya sehingga
menyebabkan melemahnya ekonomi, meningkatnya tingkat pengangguran, dan berbagai
hal lainnya.
Pemberlakuan
Smoot-Hawley tariff di Amerika Serikat pada tahun 1930 menandakan era baru
perekonomian negara ini. Kebijakan-kebijakan dalam Smoot-Hawley tariff bersifat
proteksi perdagangan Amerika Serikat. Kebijakan proteksionis diharapkan
berkontribusi positif terhadap penurunan ekstrim harga bahan mentah dunia.
Selain itu,
Sementara itu, standart emas yang berlaku di hampir
seluruh negara telah menghubungkan negara-negara tersebut melalui fixed
currency exchange rates. Jaringan tersebut memainkan peran dalam menularkan
krisis ke negara lain[1]. Dalam beberapa bulan kemudian, ketika pasar Amerika
Serikat kollaps maka hal tersebut berpengaruh buruk kepada Argentina, Brazil,
Canada dan Australia sebagai rekan dagang. Negara-negara tersebut akhirnya
secara formal dan informal menghentikan standart emas di negaranya.
Negara yang paling parah terkena
dampak great depression ini selain Amerika Serikat adalah Jerman. Jerman
mengalami hyperinflation sejak awal 1920an, otoritas moneter terhenti dalam
berekspansi dan sektor perekonomian secara pasti melambat dengan sangat parah.
Terpaan krisis yang tidak kunjung usai menyebabkan Jerman terpaksa mengalami
suksesi pemerintahan dari koalisi The Center-Left yang kollaps kepada
pemerintahan Heinrich Bruning, pemerintahan inilah yang pada akhirnya menjadi
lahan subur bagi berkembangnya Komunisme dan Nazi.
The Great Depression telah merubah
perekonomian dunia dalam beberapa cara. Standart emas mengalami kehancuran pada
saat itu. Meskipun nantinya setelah Perang Dunia II, fixed currency exchange
rates kembali diberlakukan dibawah payung Bretton Woods system.[2] Meskipun
dalam sistem Bretton Woods memakai standart emas, namun secara esensial sistem
ini sebenarnya secara halus telah ikut campur dalam meletakkan ekonomi pasar
pada standart Dollar. Dollar kemudian menjadi tersebar secara luas dalam
perdagangan internasional. Negara-negara membiayai “official” exchange rates
mereka dengan membeli dan menjual U.S. dollars dan memegang dollar sebagai
primary reserve currency.
Adalah tidak berkorelasi antara devalue moneter standart
emas dengan perbaikan krisis yang terjadi. Contohnya Britain, yang berusahan
meninggalkan standart emas pada bulan September 1931, akhirnya mengalami
recovery dalam waktu relatif cepat dibandingkan dengan Amerika Serikat yang
melakukan devalue pada currency-nya hingga tahu 1933. hal yang sama terjadi di
Amerika Latin yang sudah memulai devalue pada 1929 dan baru mencapai recovery
pada tahun 1935. sebaliknya, negara“Gold Bloc”,
Belgia dan Prancis yang saat itu masih bertahan pada standart emas dan
lambat pada proses devalue masih memiliki kemampuan berproduksi tahun 1929
sampai 1935.
Sistem moneter Bretton Woods nampaknya berhasil dalam
menyediakan kembali dana segar tanpa harus terpaku kepada standart emas.
Devaluasi Amerika Serikat kemudian diatasi dengan menurunkan interest rates dan
memfokuskan pada ketersediaan kredit. Hal tersebut secara simultan me-recovery
perekonomian Amerika Serikat. Disamping beberapa kebijakan era Franklin D. Roosevelt , ikut berperan
memperbaiki kesehatan ekonomi negara ini.[3]
Perkembangan positif perekonomian Amerika Serikat secara nyata dapat
dilihat pada pertengahan tahun 1030an. Ketika GDP naik rata-rata 9 persen per
tahun hingga tahun 1937. Amerika Serikat secara resmi keluar dari Great
Depression pada tahun 1942. sementara British telah keluar dari kungkungan
krisis sejak 1931. jerman, Jepang, Canada dan negara Eropa lainnya secara
tuntas mengakhiri Great Depression pada tahun sesudahnya.
Dapat dijelaskan kembali bahwa, Jauh sebelum negara Asia
Afrika merdeka setelah Perang Dunia II, negara Amerika Latin rata-rata telah
lebih dulu merdeka sejak abad-19. Setelah peristiwa Great Depression 1930
dimana negara-negara kapitalis mulai berubah dari inward ke outward looking, negara-negara
Amerika Latin malah lebih memilih untuk inward looking. Mereka menerapkan
strategi perkembangan baru. Formula yang diadaptasi adalah nasionalisme ekonomi
(Frieden,2006:302). Dengan formula ini maka mereka menutup perdagangan luar
negeri untuk memenuhi pertumbuhan yang cepat di dalam negeri. Kemudian
menyikapi keadaan yang ada pada tahun 1950an ketika pasar dunia jatuh,
negara-negara Amerika Latin menganut kebijakan yang disebut import-substituting
industrialization (ISI). Kebijakan ini ditujukan untuk menggantikan produksi
industri dalam negeri untuk barang-barang yang sebelumnya telah diimpor
(Frieden,2006:304). Dengan begitu diharapkan produksi yang ada semakin
menguntungkan.
Untuk melakukan kebijakan ISI, menurut Frieden (2006)
terdapat tiga komponen yang menyertai. Pertama negara melakukan hambatan yang
tinggi terhadap perdagangan. Dampaknya kemudian adalah mahalnya barang-barang
impor. Dalam beberapa kasus, impor malah dilarang (Frieden,2006:304). Kedua
adalah pemerintah memberikan subsidi dan insentif bagi industri dalam negeri.
Cara yang dilakukan dapat berupa memberi keringanan pajak, kredit murah, dan
manipulasi mata uang. Ketiga pemerintah mengambil alih sebagian besar industri
seperti industri rel kereta api, pelayaran, telepon, listrik, dll. Kebijakan
ini kemudian telah mendorong pembangunan industri. Contohnya Meksiko yang
meningkat empat kali lipat produksi industrinya pada 1945-1973, Brazil juga
meningkat delapan kali lipat (Frieden,2006:305). Namun, sesungguhnya kebijakan
ini (ISI) sangat tidak efisien karena harganya yang jauh diatas harga rata-rata
dunia. Hal ini membuat barang menjadi kurang kompetitif di pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Frieden, Jeffrey A., 2006.
“Decolonization and Development” dalam Global Capitalism :It’s Fall and Rise
in The Twentieth Century. New York:W.W. Norton&Co.Inc, pp.301-320.
Sundoro,hadi
2012.sejarah amerika serikat .jember:jember
university press,
Mukmin,
Hidayat. 1980. Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa Ini. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar